Alergi Hujan, 1
“Rain will wash away everything if you let me.”
— Rupi Kaur
Di halaman belakang rumahmu
aku iseng bertanya pada hujan
mengapa ia datang dengan rintik-rintik.
Hujan hanya menjawab dengan dingin.
Aku yang terus menatap rintiknya dengan heran.
kembali bertanya mengapa ia mengairi jiwaku
yang menjelma menjadi kolam ikan.
Hujan hanya menjawab dengan dingin.
Di halaman belakang rumahmu
bahkan ikan-ikan mengalami hipotermia
setiap kali aku bertanya.
Alergi Hujan, 2
Aku datang lagi padamu dengan mengetuk pintu depan mencoba untuk kesekian kali menjadi tamu di rumahmu. Betapa terkejutnya. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka sedang kau keluar dengan mengibas-ibaskan tangan sembari meniup-niup ke udara. Menanti lama. Kau malah marah pada angin yang mengirim pesan lewat butiran debu — tak lupa juga disapu debu di celah-celah langit relungmu — atau angin yang menggiringku ke pelataranmu. Berulang kali gagal membawaku kembali ke halaman belakang rumahmu: di sanalah dulu kau gali jiwaku. Diberi ikan-ikan kecil, ditaburi rontokan daun-daun kering. Tapi, jiwaku hanyalah sebuah kolam. Ketika turun hujan kemana lagi harus kuteteskan airmata.
“Bukankah banyak orang yang senang mengairi airmatanya dengan air hujan.” Ujarmu.