Arok tidak menjawabnya. Ia hanya geleng-geleng. Mungkin efek kelelahan, dia jadi malas menjawab pertanyaan itu dan segera ingin pulang ke rumahnya.
"Gini aja, nanti malam kita ke rumah Dono, siapa tahu dia sakit juga kayak Lia? Oke nggak?? Itung-itung nongkrong, kan kemarin nggak ada Dono jadi kurang asik!"
Malam harinya mereka beranjak ke rumah Dono. Selain untuk menjenguknya, juga itung-itung menambal pertemuan rutin yang gagal terlaksana sebab Dono tidak ada.
Dono yang mengetahui sahabat-sahabatnya itu menjenguknya langsung mempersilakan mereka masuk rumah, dan meminta adiknya untuk membawakan minum pada mereka.
"Don, kamu kok tadi pagi nggak berangkat? Ada apa?" tanya Rusdi.
Anehnya, ketika Rusdi mulai menanyakan kabar Dono, jendela rumah Dono yang sedari tadi terbuka lebar-untuk ventilasi-tiba-tiba menutup sendiri. Mak brak! Mengejutkan semua orang yang ada di rumah Dono, bahkan adiknya yang sedang membawakan minum untuk para tamu sampai terjatuh karena terkejut.
Â
"Aaahhh! Aduh. Sakit sekali..."
"Wes ora kaiki, ndang tangi." Dono mengulurkan tangan membantu adiknya bangun.
"Don, ora usah repot-repot ta, ya. Kami Cuma pengen lihat keadaan kamu tok!" Dede memelas.
"Ya kan sebagai tuan rumah aku harus ngajeni...."
Brakk!!!
Suara aneh itu kembali terdengar.
"To... long... tolongg... Tolong aku!" ucap sosok mengerikan berwajah
penuh luka tersebut.
"KAMUSIAPAA?!?!SEDANGAPADIRUMAHKU?!?!"teriakDono
ketakutan, diiringi teriakan serentak semua orang yang ada di rumahnya. Semua ketakutan.
"Dono. Tolong aku. Tolong aku, Dono!"
Dono mencoba memberanikan diri untuk mendekati sosok mengerikan yang secara misterius tiba-tiba muncul di rumahnya tersebut. Sejenak, ia mengenali sosok tersebut dari bentuk wajahnya---meski berlumur darah dan berhiaskan luka, serta pakaian yang ia kenakan ketika terakhir kali terlihat di kantor---sebelum akhirnya hilang.
"Lia? Kamukah itu?" tanya Dono memastikan.
Brukkk! Sosok itu terjatuh. Dan benar saja. Mereka berempat langsung mengenali sosok tersebut yang tak lain adalah Lia. Mereka bergegas membawanya ke rumah sakit terdekat karena kondisinya mengkhawatirkan.
***
Â
Di rumah sakit. Pemandangan serupa sedang disaksikan oleh Umar. Pesaing bisnis yang bahkan jenis bisnisnya tidak sama persis dengan Damaskus, namun Damaskus selalu menganggap ia adalah saingannya. Umar adalah seorang pengusaha daster yang saat ini penjualannya telah mencakup seluruh negeri dan bahkan menyentuh pasar Malaysia.
Saat ini Umar sedang terduduk lesu, sedikit kebingungan dan marah, namun ia tak tahu harus marah pada siapa. Hingga... Ia bertemu dengan empat sekawan karyawan Damaskus. Dono dan kawan-kawannya yang baru saja mengantarkan Lia ke ruang UGD karena kejadian tadi.
"Loh, Dono, Rusdi, Arok, sama..." "Dede, Pak."
"Ah iya! Kalian sedang apa di sini?" Umar bertanya.
"Kami baru saja mengantar Lia ke UGD, Pak, ya kami..." belum selesai
Dono memberi keterangan, Umar sudah memotongnya.
"Lia sudah ditemukan?"