Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Tentang Rumah

21 Agustus 2025   06:35 Diperbarui: 21 Agustus 2025   17:48 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Rumah tua. Foto oleh Myriams-fotos | pixabay 

Ia memasuki rumah itu
tempat di mana dulu pernah huruf-huruf
membentuk kata "pulang"
memanggil sekumpulan peluk
Ruang keluarga hangat
oleh cerita-cerita
manisnya luka
pahitnya tawa 

Tapi kini rumah itu lapuk
oleh sepi
Di dinding tergantung kalender lama
yang angka-angkanya dilingkari
spidol merah
13 Agustus:
Batas pembayaran uang SPP
9 Oktober:
Uang Emak tak cukup membeli
tas sekolah
1 Januari:
Percikan kembang api padam
oleh air mata
Selamat kembali tahun lama 

Masuk kamar menguar rasa asin
pada sebuah bantal,
di situ segala isak tertampung
Ada kain panjang untuk mengikat perut
karena rasa lapar sangatlah
kurang ajar 

Dapur berantakan
Sebagian atap bocor 

Tak pernah ada tikus
Bukan karena rumah ini bersih
Tapi karena, memang,
jarang ada makanan 

Ia keluar dari rumah itu
Memotret dengan HP
Tidak tahu untuk apa
Tapi HP-nya basah

***

Lebakwana, Agustus 2025

Baca juga: Kepada Rumah

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun