Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Beberapa Tahun Kemudian

10 September 2023   16:26 Diperbarui: 17 September 2023   00:05 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Gambar oleh GPoulsen/ Pixabay

Hari ini, suatu saat kita akan mengenangnya
Sebagai pada suatu hari
Kita bertemu karena sebuah janji
Atau, mungkin, karena waktu yang mempertemukan
Kita mencatat titik pertemuan
Adalah sebuah tempat kenangan

Apa yang kauingat?

Barangkali kau menulis senja pada bibir gelasmu
Aliran kopi hangat di tenggorokan
Musik yang lirih, percakapan yang pelan

Sedang aku, seingatku, ada dua pasang lain di pojok, juga berbincang dalam diam
Ada seorang lelaki sendiri
Seorang lagi gadis dalam sunyi
Dan cara kau mengelap bibirmu dengan tisu
(Jangan marah, momen ini yang membuatku terkenang)

Lampu-lampu kota mulai menyala

Beberapa tahun kemudian
Kita sampai pada hari ini
Kita mengulang kenang
Saat-saat pada suatu hari
Di tempat ini lagi
Susunan meja-kursi sudah berubah
Karyawannya pun sudah berganti
Yang masih tetap: kopinya yang enak

Baca juga: Seberapa Banyak

Sama, kita berhadap-hadapan kembali
Cuma kini kita diiringi dua surga yang lucu-lucu
"Kenapa Ayah tertawa sendiri?" tanya gadis kecil kita
"Tanya dengan ibumu." Aku menatap dirimu
Ah, mukamu memerah
Memukul punggung tanganku
Tertawa, pelan

***

Baca juga: Rezim Kata-Kata

Lebakwana, September 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun