Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pulang

28 November 2020   07:57 Diperbarui: 28 November 2020   08:02 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh BarbaraBonanno/ Pixabay.com 

Aku seperti terperangkap dalam lorong waktu. Kesunyian seperti akar ilalang. Merambat, menghujam kuat        

Berdiri di pintu gerbang perumahan. Bertukar sapa dengan petugas Satpam, sebentar 

Termangu, beku. Bukit di sana tiap hari, tentu. Mengejek atau entah menyapa. Sepanjang jalan kompleks perumahan seperti mati. Atau mungkin hatiku 

Cinta yang meleleh. Bukan tersebab musim hujan tiba. Atau angin. Menyapu segala ingin 

Sementara ini lupakan saja kalau ingin membuat puisi 

Sebuah pesan masuk, bercerita tentang kepulangan. Kepulangan yang takada lagi ucapan selamat datang. Tanah merah. Aroma yang asing. Taburan bunga kamboja. Doa-doa yang basah 

Aku sampai di depan rumahku. Sepi. Ada sepetak tanah, kemarin rumputnya kusiangi. Kutanam serumpun pandan, karena sebentar lagi Ramadan. Mudah-mudahan harumnya tersebar ke kiri,  juga ke kanan 

Kuputar anak kunci. Ada dinding yang berbunyi. Tampaknya token listrik minta diisi 

***

Lebakwana, November 2020 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun