Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Jadilah Pemberontak dalam Menulis Puisi

2 November 2020   06:34 Diperbarui: 2 November 2020   19:29 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Carola68 dari Pixabay

***

Sajak-sajak urban. 

Boleh dibilang Afrizal Malna pelopornya. Bagaimana ia memasukkan keseharian orang-orang urban ( kota ) dalam puisi-puisinya. Ia menulis dengan memasukkan televisi, kulkas, styrofoam, dan idiom-idiom urban dalam puisinya, dan tetap menarik. "Aku takut ada sikat gigi lain dalam kamar mandiku", kata Afrizal dalam salah satu puisinya. 

Ada pengamat sastra menyebut puisi-puisi Afrizal sebagai puisi 'berpintu banyak'. Maksudnya, puisi-puisi Afrizal Malna dapat dibaca dari bait mana saja. 

***

Dan kini di era milenial, para penyair membuat diksi-diksi baru. Laptop, gawai, linimasa, dan istilah-istilah grup percakapan, dimasukkan dalam puisi-puisi mereka. 

Mereka adalah para pemberontak, pada zamannya. Seperti kata Chairil: Semua perlu dicatat, semua dapat tempat. 

Pilihan ada pada kita. Dicatat sebagai pemberontak berikutnya, atau hanya mendapat tempat sebagai epigon. 

Yuk, sama-sama belajar. 

***

Lebakwana, Oktober 2020. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun