Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seratus Puisi

8 Oktober 2025   20:27 Diperbarui: 8 Oktober 2025   20:27 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Itu berlaku untuk situasi apa pun, dari masalah pekerjaan hingga masalah kencan hingga radiator mobil bocor.

"Puisiku sudah lebih dari seratus sekarang," kata Juna, berdiri untuk memeriksa api barbekyu.

"Seratus hari?" tanya Leonidas, alisnya berkerut, matanya melayang ke atas dan ke kiri saat pikirannya berputar. "Sejak pemakaman," katanya.

"Ya." Juna menjawab sambil menyodok api.

"Sial," bisik Leonidas.

Keheningan lagi. Leonidas meneguk beberapa teguk birnya. Juna berdiri diam, menatap api yang berderak.

"Kurasa ini bagian dari penyembuhan, bro. Teruslah menulis puisimu," kata Leonidas dengan suara seriusnya, yang jarang dia gunakan. "Dia pasti menginginkan itu."

Juna menoleh ke arah Leonidas. Matanya mungkin basah. Mungkin karena asap dari api.

"Menurutmu begitu?" bisik Juna.

"Ya. Aku tahu pasti, Bro. Teruslah menulis puisi-puisi itu sampai tidak ada yang tersisa lagi untuk ditulis."

Juna menarik napas dalam-dalam, kembali menghadap api unggun. Wajahnya sedikit tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun