Itu berlaku untuk situasi apa pun, dari masalah pekerjaan hingga masalah kencan hingga radiator mobil bocor.
"Puisiku sudah lebih dari seratus sekarang," kata Juna, berdiri untuk memeriksa api barbekyu.
"Seratus hari?" tanya Leonidas, alisnya berkerut, matanya melayang ke atas dan ke kiri saat pikirannya berputar. "Sejak pemakaman," katanya.
"Ya." Juna menjawab sambil menyodok api.
"Sial," bisik Leonidas.
Keheningan lagi. Leonidas meneguk beberapa teguk birnya. Juna berdiri diam, menatap api yang berderak.
"Kurasa ini bagian dari penyembuhan, bro. Teruslah menulis puisimu," kata Leonidas dengan suara seriusnya, yang jarang dia gunakan. "Dia pasti menginginkan itu."
Juna menoleh ke arah Leonidas. Matanya mungkin basah. Mungkin karena asap dari api.
"Menurutmu begitu?" bisik Juna.
"Ya. Aku tahu pasti, Bro. Teruslah menulis puisi-puisi itu sampai tidak ada yang tersisa lagi untuk ditulis."
Juna menarik napas dalam-dalam, kembali menghadap api unggun. Wajahnya sedikit tenang.