Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Doa

5 Oktober 2025   16:19 Diperbarui: 5 Oktober 2025   16:19 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itu tidak adil!" kataku. Mungkin aku berteriak. "Bagaimana seseorang bisa lolos begitu saja setelah menyakiti orang lain?"

Mungkin itu konyol, tidak menggunakan kata ganti yang lebih spesifik, tetapi rasa sakitnya sudah sangat mengerikan.

Dia cukup melihat semuanya untuk menambah warna detailnya, pikirku marah. Dan dia masih tidak bisa memberikan saran apa pun?

"Lalu mengapa kamu di sini, kalau aku harus melakukan semuanya sendiri?"

"Sebagai teman," katanya.

Yang membungkamku.

Sangat logis. Aku tidak dapat memikirkan argumen yang menentangnya, meskipun aku mencoba.

Aku mencoba menahan amarahku yang tumpah ke seluruh lantai dapur. Sungguh kekacauan yang sia-sia, pikirku, dan tiba-tiba menyadari bahwa itulah amarah yang kumaksud.

Aku tahu aku baru saja mendapat pencerahan, tetapi  - mengingat betapa berat untuk memicunya  - pencerahan itu tampak sangat kecil.

"Apakah itu kesimpulan yang dibuat-buat?" tanyaku. Tetapi aku bisa merasakan dia tidak akan berkata apa-apa lagi.

Keheningan merasukiku. Itu adalah perasaan yang sangat menyenangkan, lebih dari yang bisa kubayangkan. Aku bangkit dengan canggung, seolah-olah aku bergerak dalam gravitasi yang berbeda dari gravitasi Bumi, dan terhuyung-huyung ke pelukannya. Dia benar-benar terlalu gemuk untuk dipeluk. Lembut dan dingin tetapi tidak punya ciri-ciri lain yang dapat disebutkan di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun