Aku mengepalkan tanganku.
"Emak salah!" kataku. Aku mencurahkan segenap isi hatiku ke dalam kata-kata, panas seperti aspal jalanan, panas seperti api kompor. "Emak salah!"
Aku tahu itu akan membuat Emak menangis, Bapak akan berteriak menyuruh Emak diam, tapi aku tetap mengatakannya. Karena Emak salah. Emak memang begitu dan aku mengetahuinya. Maka aku berusaha menemukan Nini dengan lebih keras lagi.
Karena Emak dan Bapak tidak tahu apa yang aku tahu.
Adikku Nini kini seekor kalajengking.
***
Terjadinya pasti waktu aku masih sekolah, karena saat aku pulang, Nini sudah pergi. Bapak membawanya ke rumah sakit, kata Emak hari itu, tapi aku lebih tahu.
Aku tahu dengan kepastian yang sama bahwa Mbah Putri menjadi seekor bangau yang terbang tinggi ke langit, sama seperti kalajengking melewati cangkir kaca yang diletakkan Emak di kaki tempat tidur bayi.
Aku pernah melihat laba-laba merayap di langit-langit. Mungkin kalajengking itu merangkak naik ke dinding kamar tidur kami lalu sampai ke langit-langit, dan dari sana jatuh ke tempat tidur Nini. Ketika kalajengking itu terjatuh ke dalam buaiannya, di tengah tidur siang Nini, dia tidak menangis. Dia selalu siap untuk apa saja. Ketika kalajengking mengangkat kedua capitnya dan sengat di ekornya diacungkan tinggi-tinggi, Nini mungkin duduk di sana, saling berhadapan. Kalajengking itu melihat percikan bara api menyala dalam dirinya. Betapa matanya yang  hitam bagaikan asap lilin. Dan kalajengking tahu Nini berbeda.
Maka ketika, dengan gerakan kaki-kakinya yang lambat dan pantang mundur, kalajengking itu merayap mendekat. Ketika ekornya yang melengkung dicambuk dengan kecepatan seperti kilat, dia tahu apa yang akan terjadi: adikku tidak akan mati.
Nini akan menjadi kalajengking. Dia akan menyusut seperti es yang mencair, dan kulitnya tidak akan menguning seperti kalajengking yang jelek, tapi hitam seperti rambutnya. Hitam seperti matanya yang bersinar dan tajam. Hitam seperti pantat kuali, legam berkilau dan panas. Dengan delapan kaki yang ramping, capit tajam dengan keanggunan yang serupa dengan leher bangau Mbah Uti.