"Ingat," kata Achilles dengan nada berat, "lebih dari dua bukanlah pilihan. Gravitasi tidak mengizinkannya. Hanya 11 dan 12, tidak ada yang lain. Oke. Ayo kita keluar."
Delapan pasang sepatu bot menghentak menembus debu kelabu menuju permukaan. Di palka, mereka mengenakan tangki, regulator, dan lampu depan.
Palka terbuka. Hawa dingin menyerbu, dan mereka berjalan keluar menuju permukaan yang gelap. Beberapa kilometer jauhnya, mereka dapat melihat berkas sinar matahari yang akrab tepat di tempatnya semula, tersorot di tepi kawah yang melingkar.
Beberapa langkah membawa mereka ke satu-satunya wahana yang masih berfungsi: SatelitNegara 21. Mereka memanjat masuk, mengencangkan sabuk pengaman, dan melesat menuju bumi. Saat mereka melesat menembus angkasa, Kronos dapat melihat Bulan dengan cepat mengecil di belakang mereka dari satu jendela, dan Bumi dengan cepat membesar di jendela lain. Mereka langsung menuju batas antara siang dan malam, terang dan gelap. Kemudian dia menatap mata Achilles. Pria tua itu, yang dulunya seorang pekerja pemeliharaan di taman kota, tersenyum muram, dan menyampaikan pidato rutin:
"Misi Penyelamatan 5 sedang berlangsung. Semoga kita membawa jiwa-jiwa baru dari teror cahaya menuju perlindungan kegelapan. Semoga setiap orang menganggapnya sebagai suatu kemuliaan karena dapat meledakkan bahkan satu Ekskavator dari permukaan planet kita. Semoga kepulangan kita menambah beberapa jiwa lagi bagi yang Tersisa."
Jawa Barat, 20 Agustus 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI