Di dalam toko tanaman, kacamata Honey berkabut. Dia melepasnya untuk dilap di bajunya dan memegangnya di tangan sampai menyesuaikan dengan kehangatannya. Semuanya berwarna hijau, coklat, dan buram. Dari dekat, dia melihat pakis di pot biru sejuk dan bertanya-tanya apa yang dibutuhkan pakis untuk bertahan hidup.
Dia sedang mencari hadiah pindah rumah. Meski sebenarnya lebih dari itu. Temannya Karma pindah ke apartemen lain bersama suaminya. Ada bayi dan resepsi perkawinan segera. Karma sudah menikah selama satu tahun.
Honey menemukan iklan unit di apartemen Karma ketika dia pertama kali pindah ke kota itu enam tahun lalu. Ini adalah apartemen Honey sekarang. Karma mempunyai kamar tidur yang lebih besar, pernah bercanda tentang bagaimana Honey ingin tinggal di dalamnya, mengecat, memperbaikinya seperti kamar sungguhan. Itu masih kosong.
Karma tidak pernah bisa diandalkan untuk membongkar rak piring, tapi dia selalu membawa kembali keju mahal dari pasar yang mereka makan dengan roti dan minyak zaitun di ruang tamu. Dia tidak pernah ingat untuk menyirami tanaman hias apa pun, tetapi sekarang dengan adanya bayi, tentu itu akan berbeda, bukan?
Honey memakai kembali kacamatanya untuk membaca kartu tulisan tangan di sebelah tanaman dengan daun hijau berdaging. Cocor Bebek akan mekar bahkan di awal Januari, saat tidak seporang pun menduga bunganya akan mekar, di tengah hari kelabu gelap.
Dia memikirkan Karma yang terbangun di malam hari untuk merawat bayinya, bersyukur atas bunga putih lembut yang menemaninya.
Tapi mungkin Cocor Bebek terlalu merepotkan. Memangkas bunga yang mati, terhambatnya pertumbuhan. Mungkin ini hadiah yang salah.
Untuk mendorong pembungaan, Cocor Bebek harus berada dalam kegelapan 12-14 jam sehari. Izinkan aku menyarankan menggunakan kesempatan ini untuk mengisi ruang di lemarimu, untuk menyumbangkan apa yang tidak lagi kamu gunakan.
Honey merasakan seseorang di belakangnya.
"Indah sekali, bukan?"