Bakiak kayu sebelah menahan pintu kedai kopi yang diubah menjadi kafe.
Di musim hujan, pintunya membengkak dan iblis mendorongnya. Di musim kemarau, pintu menyusut dan bergetar riuh tertiup angin dari benua. Bakiak kayu itu, dengan caranya sendiri, menjaga perdamaian dari perkelahian antara kusen dan daun pintu.
Konon katanya, bakiak kayu tesebut milik pemilik asli kedai kopi tersebut dan dia kehilangannya karena melarikan diri dari gerombolan debt collector. Suatu hari nanti, dia akan kembali, berjalan dengan pincang setelah bertahun-tahun berjalan hanya dengan satu kaki telanjang tanpa las, mengenakan sebelah bakiak kayu dan mengklaim kembali hak milik kedai kopi yang telah diubah menjadi kafe tersebut.
Kalau dia datang, aku akan menyerahkan kunci dan dokumen kepemilikan. Kunci kerajaan datang dengan tagihan segunung yang belum dibayar, hingga hari ini.
Banyak yang mengatakan bahwa itu hanya dongeng belaka, dan tidak akan menjadi masalah bagiku. Masalahnya, aku suka cerita fantasi tinggi.
***
"Kopi hitam pahit untukku juga."
Si pria meletakkan menu minuman yang selama ini dia pura-pura baca. Dia duduk tegak, tatapannya setajam elang.
"Saya senang kita bisa melakukan ini," kata si wanita. "Terkadang yang terbaik adalah keluar dari kantor dan berbicara dengan santai."
Si pria tersenyum. "Aku sangat menghargainya."