Saat kami tidur, semuanya normal. Ketika bangun, suamiku menjadi seekor kodok.
Aku tahu itu dia dari mata kataknya yang kecil, yang menatapku seperti mata suamiku.
Apakah kamu masih menganggap suamimu sebagai suami meskipun  dia bukan manusia lagi?
Aku tahu ada wabah yang melanda kota akhir-akhir ini. Suami Lasmi berubah menjadi seekor domba dua minggu lalu, dan Wiwit terbangun pada hari Kamis di samping seekor kura-kura.
Itu semua menjadi bahan gosip di acara arisan, tapi yang bisa kulakukan hanyalah menyesap teh pucuk wangi sementara mereka terus-menerus mengobrol tentang hal itu. Sekarang aku punya sesuatu untuk dibicarakan pada acara arisan berikutnya.
Aku mengambil ponsel dan menghubungi nomor Lasmi. "Halo? Lasmi? Aku rasa aku punya masalah. Suamiku seekor kodok. Bagaimana cara kamu mengubah suamimu kembali menjadi manusia?"
"Aku tidak melakukan apa-apa," jawabnya. "Dia sekarang lebih sering memotong rumput sebagai seekor domba dibandingkan ketika dia masih manusia."
Aku mengucap terima kasih dan menutup telepon. Suami yang berubah menjadi domba mungkin bagus untuk Lasmi, tapi menurutku kodok tidak lebih berguna daripada manusia. Kecuali kalau suamiku menjadi kuda atau sapi.
Kemudian aku menelepon Wiwit.
"Wiwit? Apakah kamu mengembalikan suamimu menjadi manusia?"