Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tidak Sepenuhnya Buta

12 September 2025   20:20 Diperbarui: 12 September 2025   18:17 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku belum pernah melihat satu pun guruku, tapi aku juga tidak yakin ada di antara mereka yang pernah melihatku. Mungkin mereka menganggap kaus dan seragam di bulan Mei adalah benda buta.

Aku juga belum pernah melihat ayahku, tapi aku sudah merasakannya. Aku tahu berat tangannya, kekerasan kepalan tangannya, cengkeraman jari-jarinya. Aku tahu baunya setelah dia pulang kerja dengan keringat asam dan minyak di sekujur tubuhnya. Aku tahu baunya setelah dia pulang dari akhir pekan, bau darah, kotoran, dan muntahan yang menyengat.

Tahukah kamu bagaimana kamu bisa merasakan seseorang berdiri di belakangmu meskipun mereka tidak mengeluarkan suara? Atau ketika kamu mengetahui seseorang ada di balik pintu, meskipun mereka tidak menjawab saat kamu mengetuk? Atau perasaan bahwa orang yang kamu ajak bicara sebenarnya adalah dua orang? Atau tiga atau lebih, dan beberapa tidak berupa manusia sama sekali?

Ketika ayahku pulang dari jalan-jalan akhir pekan, rasanya aku berubah dari sendirian di rumah menjadi berdiri di lorong sekolah di sela-sela jam pelajaran. Tidak ada yang menyentuhku, tidak ada yang berbicara padaku, tapi aku mendapatkan perasaan dikerubuti.

Di sekolah, aku seperti hantu. Berjalan menyusuri lorong-lorong, tangan kanan menempel di dinding, merasakan dinginnya cat tiba-tiba berubah menjadi dinginnya loker logam dan panas tubuh mengalir di sekelilingku di sebelah kiri. Tetapi tidak pernah menyentuhku, tidak pernah berbicara. Guru berbicara kepadaku bila perlu, jadi setidaknya aku tahu bahwa aku nyata.

Kamu sebenarnya orang pertama yang bertanya kepadaku tentang hidupku. Bagaimana rasanya menjadi aku.

Bahkan temanku tidak bertanya. Dia kebanyakan berbicara tentang dirinya sendiri, dan kemudian ketika aku mengatakan sesuatu tentangku, dia bertingkah aneh, atau terus berbicara, seolah dia tidak mendengarkanku.

Baik, menurutku? Hampir sama dengan orang lain. Ada hari-hari baik, saat aku di rumah sendirian dan masih ada makanan di kulkas atau uang di laci untuk membeli sesuatu. Lalu ada hari-hari buruk.

Sama juga seperti semua orang, menurutku.

Aku mengerti. Aku juga tidak bisa melihatmu, tapi aku bisa merasakan kamu sedang melihat jam di dinding. Ditambah lagi, kamu sudah menulis, tentu saja. Tetapi kamu sudah lama tidak mengatakan apa pun.

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk bertanya tentangku, dan aku pasti akan mendapatkan nilai dalam mata pelajaran ini. Sebenarnya, aku harus kembali ke kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun