Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Pinggir Bumi

1 September 2025   12:12 Diperbarui: 1 September 2025   12:02 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bumi datar, dan siapa pun bisa bunuh diri tanpa khawatir akan terganggu. Kamu bisa melompat langsung dari tepinya. Bukan mati, melainkan hilang. Tidak ada yang bisa mengambil kembali tubuhmu.

Ibu Tika mengetuk pintu kami dan bertanya apakah aku dan adikku bisa memasukkan barang-barangnya ke dalam kotak kardus. Karena kami kuat. Dia memberikan kami dua lembar uang dua puluh ribu dan beberapa kaleng minuman bersoda sementara kami mengangkat kardus berisi barang-barang Tika. Terakhir aku mengangkat laptop Tika. Ada stiker dari Survei Geologi di tutupnya. Aku melihat-lihat layarnya untuk mencari semacam surat perpisahan, sesuatu untuk diberikan kepada ibunya, tetapi tidak menemukan apa pun.

"Apa itu 'Orbit Planet-19'?" tanya Wisnu dari balik bahuku.

Aku membuka dokumen itu dan membaca sepintas lalu, sampai aku menemukan kalimat 'manusia serangga semi-cerdas'.

Kembali ke layar, menjadi jelas bahwa 'Orbit Planet-19' adalah bab baru dari sebuah novel, sisanya berada di folder khusus Orbit Planet. Kami membuka lebih banyak dokumen. Bacaannya sendiri cukup sulit untuk dipahami, tetapi tulisan hanyalah permulaan dari Orbit Planet. Ada peta, gambar, diagram, taksonomi, dan bahkan persamaan matematika.

"Apakah ini ... ilmu fisika?"

"Fisika karangan."

"Yah, cukup memalukan. Haruskah kita menghapus dokumennya?"

Aku tidak bisa menunjukkan emosi apa pun mengenai kepergian tetanggaku, dan sebagai gantinya, perasaanku tentang benar dan salah semakin tajam. Menjadi jelas bahwa hanya ada satu hal yang harus dilakukan. Aku menutup laptop Tika dan menemukan ibunya yang sedang duduk di dapur berlinangan air mata.

"Saya minta maaf untuk memberitahukannya Tante, tetapi tampaknya komputer Tika terkena virus."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun