Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ular-Ular Sudah Mati

22 Agustus 2025   22:22 Diperbarui: 22 Agustus 2025   21:52 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua ular sudah mati. ibuku sedang mengandung saya ketika gunung berapi Krakatau meletus dan membunuh mereka semua. Orang tuaku merangkak ke dalam bunker yang dibangun kakekku di belakang rumah lama mereka untuk menyelamatkan diri mereka dan aku. Kata ibuku, tempat itu disebut tempat perlindungan dampak nuklir. Aku senang itu dibangun di bawah tanah, di mana tidak ada ular.

Orang tuaku bilang mereka datang ke sini lima belas tahun yang lalu. Banyak gunung meletus selama itu. Mereka tidak mengira kami akan berada di sini selama ini. Mereka mengira kami akan bisa keluar setelah beberapa minggu, tetapi gunung berapi meletus di mana-mana.

Mereka bisa merasakan getaran melalui dinding. Terkadang kami masih merasakannya.

Orang tuaku bersikeras bahwa semuanya sudah mati, kecuali kami. Namun, aku tidak tahu apakah aku mempercayainya. Dalam buku yang kubaca, ular sering kali dikenal sebagai penipu. Titisan Iblis. Mungkin masih ada beberapa di atas sana.

Aku belum pernah melihat ular selain di buku. Mereka bersembunyi di rumput ilalang tinggi, di bawah batu, dan di pepohonan. Mereka berjemur di petak-petak tanah retak.

Aku belum pernah melihat rumput, pepohonan, atau tanah. Hanya ada semen di dalam bunker perlindungan.

Aku belum pernah merasakan hangatnya sinar matahari membakar kulitku, jadi aku tidak tahu seberapa panas ular menyukainya. Aku tahu bohlam di langit-langit tidak menghasilkan panas, jadi mungkin terlalu dingin untuk ular di sini.

Itu hanyalah salah satu cara bunker perlindungan menjaga kami tetap aman.

Kata ibuku, mengkhawatirkan ular itu konyol. Di masa lalu, anak laki-laki memelihara mereka sebagai hewan peliharaan. Pikiran itu membuatku bergidik.

Aku tidak dapat membayangkan diriku bermain dengan seekor ular. Tubuhnya yang seperti tali meluncur di kulitku, melingkari lenganku, dan merayap di bajuku. Aku membayangkan lidah ular yang kecil bercabang menjulur masuk dan keluar dari telingaku, mendesis sebelum melingkari leherku dan membunuhku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun