Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ular-Ular Sudah Mati

22 Agustus 2025   22:22 Diperbarui: 22 Agustus 2025   21:52 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah membaca itu, aku tidak akan pernah makan hewan pengerat, betapapun laparnya aku. Tapi aku cukup lapar sekarang.

Ayahku mengatakan udara di luar adalah alasan terbesar mengapa menurutnya semua ular mati.

Udara beracun, tapi tidak seperti bisa ular. Tidak ada cukup oksigen yang tersisa di udara untuk kami hirup. Kami akan tercekik, mengalami pendarahan atau menjadi lumpuh.

Alat pembersih udara membuat kami tetap aman, tetapi sebagian udara buruk mungkin masuk jika ayah harus keluar mencari makanan. Kita semua harus mengenakan pakaian khusus untuk bernapas, setidaknya sampai para petugas kebersihan melakukan tugasnya.

Tapi aku tidak keberatan. Ular tidak bisa menggigitku menembus pakaian itu dan kain tebal melindungiku dari penyakit apa pun. Bukuku mengatakan kita tidak bisa melihat kuman, tapi kuman itu ada.

Orang tuaku sepertinya tidak tahu apa dampak bencana ini terhadap virus dan bakteri. Mereka tampaknya percaya bahwa makhluk-makhluk itu akan bertahan karena mereka lebih kecil dari ular, dan mereka mungkin bermutasi untuk terus hidup di lingkungan baru. Ibuku terus mengatakan bahwa aku tidak memiliki kekebalan apa pun. Itu alasan terbesar mengapa dia ingin tetap tinggal di bunker. Ayahku mengatakan, kekebalan tidak akan menjadi masalah jika kami kelaparan.

Aku benci kalau mereka bertengkar. Orang tuaku semakin sering bertengkar akhir-akhir ini. Itu sebabnya aku menghabiskan begitu banyak waktu dengan membaca buku.

Untuk mengetahui apa yang mereka pertengkarkan, aku harus mencarinya di ensiklopedia kakekku. Halaman-halamannya sudah usang, dan cetakannya mulai terkelupas, terutama pada bagian tentang ular.

Aku membuka buku itu, bersiap untuk menunjukkan lagi gambar ular kepada ayahku, gambar ular bertaring raksasa. Mungkin aku bisa meyakinkan dia untuk tidak keluar.

Aku tidak ingin dia pergi. Dunia luar adalah tempat yang berbahaya. Bagaimanapun, dunia luar sudah membunuh semua ular, dan itu adalah hal paling menakutkan yang pernah ada.

Cikarang, 3 Maret 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun