Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pada Sebuah Mal

21 Agustus 2025   20:20 Diperbarui: 21 Agustus 2025   13:24 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Pada Sebuah Mal, Dua Puluh Tahun Silam

Di luar panas. Terlalu panas. Sandal jepit meleleh menyatu dengan aspal panas. Baunya seperti permen karet bercampur uap bensin. Maka, kita pergi ke mal.

Kita mulai dengan Aunty Anne's Pretzels.

Aroma di sana sesemerbak gula mentega, dan letaknya tepat di dekat pintu masuk. Jadi kita bisa berjalan-jalan dengan santai, seolah-olah tidak sedang merencanakan apa pun. Kalau kita beruntung, mereka akan membagikan sampel gratis dalam wadah kertas kecil. Kita memilih kertas dengan potongan pretzel terbesar dan menyedot roti sampai yang tersisa hanyalah garam. Lalu, kita berlalu karena sudah kenyang. Kita tidak membutuhkan yang lain.

Berikutnya adalah Zara.

Zara, kita semua berbisik pada diri kita sendiri. Seperti Matahari, tapi mewah. Toko itu memiliki dinding jendela pajangan dari lantai ke langit-langit. Manekin putih tak berwajah mengenakan gaun rumit, tangan mereka terulur bukan untuk mengemis. Pergelangan tangan mungil mereka terangkat begitu saja untuk alasan yang tak jelas.

Tak satu pun dari kita yang pernah membeli dari Zara. Ibu-ibu kita, dengan mata berlumuran maskara dan kaus dua ukuran yang terlalu kecil dan bernoda keringat, tidak berbelanja di sana. Kita membayangkan para bintang film, jika ada di kota kecil kita yang menjadi kota penyangga ibu kota, akan berbelanja di sana.

Nanti, kita akan menyadari bahwa ibu-ibu di lingkungan Garden Paradise-lah yang membeli pakaian-pakaian itu, dan pengetahuan itu akan membuat toko itu menjadi jahat. Barang dagangan mereka menjadi lemari pakaian ibu tiri yang jahat dan penuh dengan janji-janji palsu dan pengkhianatan. Namun untuk saat ini, kita menentukan ukuran pakaian dan memilih yang terbaik. Hampir setiap hari.

Kita sebenarnya tidak menyukai apa pun yang ada di jendela etalase. Tapi ada sesuatu tentang bagaimana gaun itu menjadi berat, seperti gorden, di sekitar tubuh kerempeng dan berkilau itu.

Di sana, di balik kaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun