Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Tetap Berputar

18 Agustus 2025   14:14 Diperbarui: 18 Agustus 2025   13:33 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: pekanbaru.go.id

Ya, senyuman akan membuat perubahan yang menyenangkan hari itu.

***

Beberapa hari penjemputan berikutnya, seperti yang diharapkan, adalah mimpi buruk. Kantong yang jumlahnya dua kali lebih banyak di setiap rumah, kaleng yang penuh dengan kotak pizza dan wadah makanan untuk dibawa pulang, tidak disortir ke tempat sampah daur ulang yang benar, sehingga menjadi masalah bagi pemulung, karena tidak ada seorang pun yang mau mempertaruhkan nyawanya karena pelanggaran daur ulang. Pengawas daur ulang mengatakan mereka ada di rumah menunggu untuk mendapatkan cuti.

Baharuddin mereka-reka peluangnya. Dia takut---setelah Prambodo dinyatakan positif, banyak yang positif---tetapi dia membutuhkan pekerjaan ini. Uang kuliah anaknya tidak akan terbayar dengan sendirinya.

Rasanya menyegarkan jalan-jalan sendirian. Dia memperhatikan lingkungan sekitarnya, mungkin ada ibu-ibu muda yang mengendarai SUV muncul entah dari mana mengantar anaknya les piano. Tapi ibu-ibu muda itu semua ada di rumah.

Jalanan tempat anak-anak bermain tidak lagi ramai. Dia bisa melompat ke mana pun dia mau, dan berlari di samping truk menuju tempat sampah berikutnya. Banyak anak kampus yang mengumpulkan sampah pada shift pagi. Hal ini membuat mereka tetap bugar untuk menghadapi musim hujan berikutnya, dan jika ada yang bertanya, mereka menyebut diri mereka 'pakar sampah'. Julukan itu melekat. Anak baru akan selalu menjadi pakar sampah sampai dia meyakinkan teman-temannya bahwa itu adalah satu-satunya latihan yang benar-benar memberi banyak uang.

Tentu saja, tidak ada satu pun mahasiswa yang akan melakukan perjalanan sore hari, bahkan ketika kampus tutup. Dan beberapa orang yang bekerja pada shift pagi menghilang ketika pandemi dimulai. Tampaknya tidak ada seorang pun yang ingin keluar dan berkeliling.

Kecuali untuk hal-hal penting. Lucu bagaimana orang tiba-tiba menyadari bahwa dia sedang melakukan sesuatu yang penting.

Anak-anak di rumah terakhir di jalan itu tidak ada di sana. Tapi setidaknya ada yang membuang sampahnya.

***

Dua minggu setelah lockdown, dia menemukan sesuatu yang tidak pernah dia duga. Pada kantong sampah di luar salah satu rumah ditempel selembar kertas dengan catatan tulisan tangan yang berbunyi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun