Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petualangan Mahiwal dan Ghea: Ki Joko, Pocong Mayat Hidup

4 Agustus 2025   11:31 Diperbarui: 4 Agustus 2025   11:31 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Daftar peran:

MAHIWAL:  Anak laki-laki usia 11 tahun sebagai 'doktor detektif'

GHEA: Anak perempuan usia 10 atau 11 tahun, 'sidekick' Mahiwal

NARATOR/TETANGGA: Pria tetangga MAHIWAL

KI JOKO: Lelaki tua 60 tahun tetangga MAHIWAL

IBU MAHIWAL: wanita 35 tahun

AYAH MAHIWAL: pria berusia 38 tahun

SET: Panggung blackbox. Pergantian adegan ditunjukkan dengan poster yang dipegang NARATOR sambil berkeliling pentas seperti pembawa nomor ronde di ring tinju.

 

***

LIGHT ON

NARATOR: Itu adalah hari yang suram di bulan Oktober di Pantai Pangandaran, Pesisir Selatan Pulau  Jawa, bagi Dr. Mahiwal Linukh. Mahiwal bukanlah anak berusia 11 tahun pada umumnya. Dia telah mengikuti kursus "doktor detektif" online dan mendapatkan sertifikat dengan predikat 'Sangat Memuaskan'. Membuatnya yakin bahwa dia adalah seorang dokter sekaligus detektif.

Dia merenung di ruang kerjanya sambil menyeruput sekotak susu UHT. Dia kesal dengan alasan konyol dan terbaru yang diberikan oleh orang tuanya yang tak masuk logika.

MAHIWAL: Kenapa aku harus terkurung di kamarku sepanjang hari? Oh, aku tahu, itu karena aku anak yang nakal (bernada tinggi meniru IBU MAHIWAL) dan rupanya ibuku menganggap mencari bukti di sampah Ki Joko bahwa dia adalah pocong mayat hidup merupakan perbuatan yang harus dihukum dengan hukuman tahanan rumah.

NARATOR: Mahiwal sepenuhnya benar. Ki Joko tua adalah tetangga lama Mahiwal yang berusia sekitar 200 tahun dan termasuk orang yang paling pemarah di planet ini. Tujuan hidup Ki Joko adalah membuat anak-anak tetangga benar-benar sengsara, terutama Mahiwal dan Ghea. Dia mengadukan apa pun perbuatan keduanya kepada orang tua mereka setelah mengejar mereka dengan tongkat.

Mahiwal memutuskan sudah waktunya untuk pergi, maka dengan diam-diam dia menyelinap keluar dari jendelanya, sebuah keterampilan yang dia kuasai berkat disiplin berlatih setiap hari. Dia mulai menuju "Pohon", atau tempat nongkrong rahasia mereka, di mana teman baiknya Ghea sedang menunggu. Ghea juga bukan anak biasa. Dia juga mengira dia adalah 'Scully' dan Mahiwal 'Mulder', itu saja. Dia menganggap dirinya adalah seorang detektif juga, karena Mahiwal telah memasukkan Ghea ke sekolah "Pelatihan Detektif" versinya sendiri. Sekarang dia menjadi 'Aibara' dan Mahiwal sebagai 'Conan'.

GHEA: Mahiwal, mengapa lama sekali? Aku sudah menunggu 32 menit 19 detik!

MAHIWAL: Ibuku harus pergi dulu, supaya aku tidak ketahuan kabur. Ghea bestieku, aku telah menemukan misi baru untuk kita. Bayarannya tidak banyak, sama seperti yang lain. Tetapi tidak seperti misteri sampah sebelumnya, misteri ini bertujuan untuk tujuan mulia.

GHEA: Apa misi dan berapa gajinya, BFF? Seberapa burukkah hal itu?

MAHIWAL: Tidak ada bayarannya, sama seperti yang lain. Tapi tidak apa-apa, karena ini demi keselamatanku. Kamu tidak ingin diriku dalam bahaya, kan?

GHEA: Oh, tentu tidak! Aku tidak tahu apakah aku bisa mengatasinya. Hidupmu memang penting, tapi bagaimana dengan celenganku (memegang celengan)? Hah? Dia terus-terusan mengeluh karena aku tidak bisa memberinya makan, karena aku tidak mendapat penghasilan.

MAHIWAL: Maafkan aku soal Cepot, tapi ada hal yang lebih penting yang harus kulakukan. Kita harus memilah sampahnya untuk menemukan benda berdarah dan bukti adanya pocong mayat hidup.

GHEA: Baiklah, tapi datanglah ke rumahku malam ini biar kita bisa mencari bukti dan memakai seragam tempur.

MAHIWAL: Aku ke rumahmu jam 19.15. Membawa kamuflase supaya kita bisa berbaur dalam kegelapan dan tidak terjebak dalam selokan tetangga.

***

(Di Rumah GHEA)

GHEA: Kamu siap?

MAHIWAL: Ayo (berpakaian ala ninja)

GHEA: Keren. Sekarang mari kita berlatih menjadi mata-mata sebentar supaya nanti sempurna di luar sana dan tidak jatuh terpeleset (menjadi ninja)

GHEA: Mendaki gunung dan lembah, Ninja Mahiwal dan Ghea,  siap bertempur.

(Keduanya menyelinap keluar rumah)

***

(Di rumah Ki Joko)

MAHIWAL: Aku memeriksa sampah organik, kamu yang daur ulang.

GHEA: Hei, apa ini? Ewww, baunya!

MAHIWAL: Tisu berdarah. Itu hanya berarti satu.

GHEA: Apa artinya?

MAHIWAL: Dia makan sesuatu yang berdarah. Hei, dia membuang bangku pendek. Kondisinya masih bagus. Kita bisa menggunakan ini. Jika kita perbaiki, akan terlihat baru dan sempurna untuk ruang belajarku.

GHEA: Kamu benar, dan dengan warna cokelat yang sempurna dan kamu duduk di atasnya, matamu akan menonjol dan terlihat mempesona. Ya, Ampun! Lihat ini!

MAHIWAL: "Reuni Malam Jumat Kliwon 1 Suro, 13 Oktober." Bagus Ghea. Aku yakin dia pasti hadir. Kita harus mengikutinya untuk memastikan (memasukkan brosur dan tisu ke dalam jaket ninjanya) dia memang pocong mayat hidup.

GHEA: Menurutku kita sudah punya bukti-bukti yang kita perlukan. Ayo pergi dari sini.

MAHIWAL: Sebentar, aku mau mengambil bangku ini, dan kita akan bertemu lagi nanti untuk membicarakan kejadian malam ini. (Pulang dengan membawa bangku).

MAHIWAL (Berbicara melalui walkie-talkie): Ghea, aku sedang memeriksa buktinya. Upacaranya diadakan pada malam 1 Suro Jumat Kliwon sekaligus fraidei sertin. Bagaimana dengan kostum kita? Kita harus bisa berbaur.

GHEA: Sial, yang kupikirkan kita harus berdandan seperti pocong dewasa juga supaya kita tidak ketahuan. Tentu saja aku harus menjadi yang atas. (Tersenyum membayangkan dia di atas bahu MAHIWAL, bertingkah seperti pocong)

MAHIWAL: Pemikiran yang bagus dan usaha yang bagus, tapi aku yang di atas. Kamis tinggal dua hari lagi. Kita harus menyusun rencana ini bersama-sama, agar tidak ada kesalahan. Ghea, berhentilah bermalas-malasan.

GHEA: Baiklah. Ibuku membuatkan kue bikang kalau kamu bisa datang, kita bisa makan kue dan membicarakan semuanya, jadi kita semua aman pada malam itu.

MAHIWAL: Baiklah, aku akan datang jam 17:18.

GHEA: Aku tunggu.

***

(Di rumah GHEA)

MAHIWAL: Tisunya berlumuran darah, tapi aku tidak tahu jenis darahnya, tapi yang pasti itu darah.

GHEA: Bagus. Sekarang bagaimana kita mengetahui jenis darah apa itu?

MAHIWAL: Umm... baiklah, kita harus menyelesaikannya dengan menjalankan beberapa tes dan melihat bagaimana keringnya.

GHEA: Baiklah, mari kita bahas manusianya dulu.

MAHIWAL: Bagus. Berikan pergelangan tanganmu.

(Mengeluarkan pisau pemotong kue dan GHEA menunjukkan pergelangan tangannya. MAHIWAL hendak memotong secara horizontal di pergelangan tangan GHEA)

GHEA: Wah Wah Wah! Jangan gitu cara potongnya.

MAHIWAL: Dasar pengecut.

GHEA; Aduh! Aku akan mati kehabisan darah.

MAHIWAL: Oh diamlah Ghea, kamu persis anak bayi.

GHEA: Bagaimana kalau pergelangan tanganmu saja ya kita potong? Sini pisaunya.

MAHIWAL: Sudah, sudah. Kita tusuk saja pakai peniti. Kamu bisa berhenti menangis sekarang.

NARATOR: Mereka berdua memeriksa tetesan darah di tisu yang mirip dengan yang diambil dari tempat sampah Ki Joko. Mereka harus menunggu sampai kering, tapi mereka juga ingin mengetahui apakah ada darah hewan yang sama dengan darah kering di tisu.

GHEA: Ayo kita pergi ke warung untuk membeli daging supaya kita bisa mendapatkan contoh darah hewan untuk diuji.

MAHIWAL: Tapi kita perlu mencuri uang dari dompet ibuku untuk membeli daging.

GHEA: Kalau begitu tunggu apa lagi?

***

(Di warung)

MAHIWAL: Haruskah kita beli daging tanpa tulang dan tanpa kulit, dengan tulang, atau dada ayam saja?

GHEA (Terkekeh): Aku suka makan ayam yang masih ada kulitnya.

MAHIWAL: Sudah?

***

(Kembali ke rumah GHEA)

GHEA: Oke, ada darah dan daging di tisunya, kan? Daging sapi, siap?

MAHIWAL: Siap.

GHEA: Ayam?

MAHIWAL: Siap.

GHEA: Kambing?

MAHIWAL: Siap.

GHEA: Sekarang kita memainkan permainan menunggu.

(Musik latar OST James Bond 007)

MAHIWAL: Bagaimana kalau aku kembali lagi besok?

GHEA: Baiklah. Waktu yang sama, tempat yang sama.

MAHIWAL: Ghea, cukup.

***

(Keesokan harinya)

MAHIWAL: Oke, semuanya terlihat sama. Tes itu tidak ada gunanya.

GHEA: Tidak semuanya, Mahiwal. Apakah Anda melihat bahwa darah kambing, ayam, dan sapi memiliki warna yang lebih terang? Tapi darahku terlihat sama persis dengan yang ada di tisu.

MAHIWAL: Kamu benar Ghea, sama persis.

GHEA: Jadi, setelah semuanya jelas, apa yang harus kita lakukan dengan brosur itu?

MAHIWAL: Aku punya dua ide. Salah satunya adalah kita berdandan seperti genedruwo dan mengikuti Kakek Ki Joko Pocong Mayat Hidup.

GHEA: Apa ide satunya lagi?

MAHIWAL: Ide satunya lagi kita mengintip apa yang dia lakukan sebelum dia berangkat ke reuni makhluk halus dan mencari tahu perilaku aneh apa pun yang kita lihat dia lakukan. Mana yang terdengar bagus untukmu?

GHEA: Yang kedua, pastinya. Aku pikir yang kedua lebih seru.

MAHIWAL: Kalau begitu, yang kedua. Pertama, kita melihat melalui jendela pada jam makan dan melihat apa yang dia lakukan.

GHEA: Luar biasa. Kita akan mulai malam ini setelah kita main Lompat Kodok supaya kita bisa tenang dan tidak mengacaukan misi kita.

MAHIWAL: Pekaranganku, sekarang, waktunya Lompat Kodok.

(Bermain Lompak Kodok selama 30 detik)

GHEA: Ya, menyenangkan. Sekarang mari kita memata-matai orang tua jahat itu.

MAHIWAL: Oke dokie. Tapi ingat, diam seperti kura-kura ninja.

GHEA: Tunggu sebentar, kura-kura ninja?

MAHIWAL: Yoi, kura-kura. Apakah kura-kura pernah berbicara atau membuat keributan?

GHEA: Perumpamaan yang bagus.

MAHIWAL: Memang.

GHEA: Tapi kita harus menjadi lumba-lumba. Bukankah kita bisa menjadi makhluk air yang cerdas?

MAHIWAL: Bisakah kita pergi sekarang, Nona Flipper?

GHEA: Aku kehabisan quote cerdas, bagaimana denganmu?

MAHIWAL: Aku masih punya banyak yang aku simpan untuk nanti.

GHEA: Oke, Ayo berangkat.

MAHIWAL: Hore, memata-matai pocong mayat hidup tua!

(Di tempat KI JOKO)

GHEA: Orang tua itu mengeluarkan kaki manusia dari kulkas dan ... dia menggigitnya! Mahiwal, lari! lari!

MAHIWAL: Ewww, menjijikkan, jangan beritahu aku hal semacam itu atau aku lari.

GHEA: Baiklah, dia cuma makan malam biasa, tapi apakah itu kaki sungguhan atau bukan? Pintu gesernya tidak terkunci dan saat dia pergi kita bisa menyelinap masuk.

MAHIWAL: Luar biasa, Ghea. Sungguh luar biasa. Jadi sekarang kita tunggu saja di sini sampai dia pergi?

GHEA: Sampai dia pergi, kurasa.

NARATOR: Pintunya tertutup rapat dan hanya satu lampu redup di atas meja kayu. Mahiwal dan Ghea membuka pintu secukupnya untuk bisa masuk.

GHEA: Aku tidak membuat keputusan. Aku hanyalah pendamping jagoan. Robin untuk Batman, Patrick untuk SpongeBob, Juliet untuk---

MAHIWAL (menyela): A-aku mengerti. Aku tersanjung tetapi rasanya masih sedikit berlebihan.

GHEA: Oh, sekarang aku ingat. Kita mau ke dapur untuk memeriksa kakinya.

MAHIWAL: Sip.

(Membuka pintu kulkas)

GHEA: Sepertinya ada selada. Keju dan bagian kaki manusia!

MAHIWAL : Kenapa darahnya banyak kalau kakinya sudah...

NARATOR: Terdengar erangan pelan dari pintu yang terbuka. Ghea menjadi panik tetapi Mahiwal hanya berdiri diam, terlalu kaget untuk bergerak. Pintu terbuka dan lampu utama menyala. Aku berjalan bersama Ki Joko dalam wujud pocong seutuhnya. Ki Joko tua mempunyai kantung hitam di bawah matanya dan darah kering di bibir dan wajahnya seputih bedak, karena dia memang memakai bedak. Para detektif mencoba mengingat langkah selanjutnya rencana mereka, tetapi sebelum mereka melakukan apa pun, tetangga pocong mayat hidup itu menangkap keduanya. Alih-alih raungan zombie yang serak, yang terdengar hanyalah tawa kecil. Mahiwal dan Ghea saling berpandangan, lalu ke Ki Joko, dan kemudian kembali saling berpandangan tanpa tahu apa yang sedang terjadi.

GHEA: Aku kaget dengan apa yang terjadi dan aku rasa aku hanya pipis sedikit.

MAHIWAL : Ghea, sungguh! Setelah pelatihan terus menerus yang aku habiskan untuk mengajarmu!

KI JOKO: Tutup mulut kalian berdua. Pertama kali aku memergoki kalian pertama kali mengintip mencari bukti bahwa aku adalah pocong mayat hidup, orang tuamu dan aku memutuskan untuk memberi kalian pelajaran. Kami memasang monitor bayi di dekat 'markas' kalian dan di kamar tidurmu, Mahiwal. Kami menukar walkie talkiemu dengan empat walkie talkie lain, sehingga kami dapat mendengarkan rencana kalian

(Orangtua MAHIWAL masuk dengan senyum licik di wajah mereka.)

MAHIWAL: Tapi bagaimana dengan tisu berdarah?

IBU MAHIWAL: Pernah dengar pewarna makanan?

GHEA: Brosur?

KI JOKO: Printer inkjet

GHEA: Tapi bagaimana dengan kaki berdarah di kulkas?

IBU MAHIWAL: Kita kan pemilik toko roti yang bisa membuat roti kaki dengan selai stoberi di tengahnya.

AYAH MAHIWAL: Kamu tahu kamu akan dihukum sampai lulus SMA, kan?

MAHIWAL: Siap.

Ibu MAHIWAL: Dan Ibu sudah menghitung uang yang kamu curi dari dompet Ibu akan diganti dengan uang jajanmu.

MAHIWAL: Tapi ... tapi ... tapi bagaimana ... tunggu ... Apa?

KI JOKO: Aku harap kalian mendapat pelajaran nahwa anak-anak yang usil akan mendapat pelajaran.

GHEA: Apa? Memangnya kami yang jadi hantu dalam kartun Scooby-doo?

MAHIWAL: Aku mau pulang dan tidur untuk memikirkan hal ini baik-baik. Aku harap kalian semua bahagia di atas kesengsaraan kami. Ayo pergi Ghea. Kita tidak diharapkan ada di sini.

GHEA: Aku punya dua kotak jus buah apel yang hampir kedaluarsa di rumah. Aku rasa dibuat pada tahun apel berbuah sangat bagus.

MAHIWAL: Lagipula, kudengar mahasiswi di seberang jalan itu sebenarnya suster kuntilanak keramas.

GHEA: Maksudmu ada misi baru?

MAHIWAL: Misi kita takkan ada habisnya, bestie.

NARATOR: Dan itulah kisah Petualangan Luar Biasa Mahiwal dan Ghea dalam episode Ki Joko Pocong Mayat Hidup.

LIGHT OFF

Cikarang, 8 Januari 2024

 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun