Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Batas-Tak-Bertuan (XXVII)

9 Maret 2023   06:07 Diperbarui: 9 Maret 2023   06:42 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayang-bayang memekik, membengkak dalam ukuran mengisi ruang, membungkus lentera Lalika dan Musashito, membuat lubang debu menjadi gelap gulita.

Bentuk mereka yang dingin menyelimuti Malin. Dia terengah-engah mencari udara. Itu tidak membuatnya merasa lebih baik. Bayangan berderak dan bergeser seperti seribu belut yang berkelok-kelok di sekelilingnya, merenggut tangannya dari tangan Rina'y dan Lalika.

Kegelapan merayap. Malin tersentak. Bayang-bayang menempel, mencengkeram lehernya. Dia tersedak. Percikan warna-warni melintas di balik kelopak matanya, dan dunia menjadi lebih gelap. Dia tahu dia akan kehilangan kesadaran dan ragu dia akan bangun. Berlutut, dia pasrah.

Kemudian terdengar letusan. Sinar biru berkelebat ke mana-mana seperti bintang yang baru lahir sebelum senja. Bayangan mendesis, jatuh, mundur ke tepi gua yang dibuat Rina'y.

Malin merangkak  menyeret Rina'y, meraba-raba dan menyentuh Lalika. Lalika bergegas di belakangnya.

Di seberang mereka bayang-bayang merintih, berkerumun di sekitar mata air, meratap untuk Nafas Air. Dari balik bahu Malin, api menyembur ke dalam bayang-bayang, mengalirkan penderitaan, cahaya biru menyala menjadi kobaran api. Api pisser!

Bayangan melolong seperti kuntilanak, terbakar dan meronta-ronta. Hancur.

Malin berputar untuk memarahi Musashito karena menggunakan senjata tabu. Bagaimana Muka Pucat membuat lelaki tua itu berkhianat?

Dia tidak memegang apa-apa selain medalinya, menatap ke tempat di mana bayangan itu berada.

BERSAMBUNG

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun