"Masih sendirian."
"Saya menyukai setiap momen di sini! Tidak ada yang lebih menyenangkan selain menikmatinya sendirian."
"Apa yang kamu lakukan di bagian kota ini?" tanyaku polos. "Jangan bilang kamu kehabisan galeri seni."
Dia menggelengkan kepalanya. "Saya ingin beristirahat dari galeri seni dan museum sore ini."
Dia berdiri di sampingku, menatap aliran sungai. "Menyenangkan, bukan?" katanya sambil mendesah puas.
Pada saat itu, aku tidak bisa memikirkan sesuatu yang lebih sempurna. "Kamu benar tentang Cina. Ada sesuatu di sini."
Dia menatapku dan tersenyum penuh rasa terima kasih. Dengan itulah saatnya aku mengarahkan topik pembacaraan ke objek pertemuan kami sebiasa mungkin. "Ngomong-ngomong, apa yang kamu lakukan malam hari?"
Dia mengangkat bahu. "Oh, tidak ada yang sangat spesial. Mencari tempat makan, biasanya. Ada beberapa restoran kecil yang sangat bagus di Shanghai."
"Pasti," kataku dengan antusias. "Aku menemukan tempat yang menyenangkan tadi malam. Naga Cina." Aku mengamati wajahnya. "Kamu pernah ke sana?"
Dia mengerutkan kening dengan bingung. "Naga Cina?"
Aku mengangguk tanpa mengalihkan pandanganku dari wajahnya sedetik pun.