Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Skandal Sang Naga (Bab 6)

27 Januari 2023   07:30 Diperbarui: 27 Januari 2023   07:34 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"Tidak," katanya perlahan. "Saya rasa saya belum pernah mendengarnya. Di mana tepatnya?"

Nadanya terdengar jujur. Tapi aku memutuskan untuk mempertahankan permainan ini, berharap aku masih bisa menjebaknya ke dalam pengungkapan yang tidak disengaja. "Masuk ke Tianzi Fang dan belok kanan di Red Orchard, Maaf ... maksudku, masuk ke Tianzi Fang dan belok kanan di Red Cockrell, lalu melewati Happy Shopper dan belok kiri ...."

Aku menelan ludah, dan mulai lagi. "Begini, kamu belok kiri di Morning Fog, sampai deh, di Naga Cina."

"Oh, ha ha ha... stop," dia memohon sambil tertawa, tangannya menyentuh lenganku. "Anda jelas tidak tahu di mana itu."

Aku menyeringai malu. "Kita bisa naik taksi ke sana." Aku menjentikkan jariku. "Ide bagus! Bagaimana jika kita ke sana sekarang untuk minum?'

Untuk sesaat dia menatap angsa hitam yang berenang hilir mudik di permukaan sungai. Kemudian dia berkata perlahan, 'Anda baik sekali, tetapi saya harus kembali ke hotel dan berganti pakaian untuk makan malam. Saya akan---"

"Tidak mengapa. Ada banyak waktu untuk minum. Bagaimana kalau kita bertemu di sini satu jam lagi?" aku memotong.

"Yah...," dia mulai ragu-ragu, lalu melirik arlojinya dan tersenyum. "Terima kasih banyak. Saya akan menemui Anda di sini jam setengah enam. Anda tidak keberatan?"

"Tentu tidak!" aku berseru dengan kesenangan yang bukan buatan. "Sampai jumpa jam setengah enam." Aku mengangkat alis. "Dan jangan berkeliaran ke museum!"

Dia berbalik, tertawa. "Tentu tidak."

Dengan perasaan yang sulit untuk diungkapkan, aku melihat dia menyeberang jalan menuju hotelnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun