Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Batas-Tak-Bertuan (VI)

15 November 2022   19:30 Diperbarui: 15 November 2022   19:30 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"Kerabat Ma'anginmu ingin kembali berkeliaran di Dunia Timur lagi. Mereka mencapmu sebagai lintah atas permintaan ayahmu, hal terburuk yang bisa dilakukan Ma'angin, untuk memaksamu mengejar impian mereka. Kamu tidak melakukannya dengan baik. Sudah sembilan hari sejak terakhir kali kamu membuka menuangkan minuman di kedai ini, peramu tuak. Ya. Aku tahu. Itu benar. Seorang kaki busuk nyata berada di bawah hidungmu."

Kaki busuk atau pengkhianat menempati peringkat tertinggi di antara semua kejahatan. Hal terendah yang bisa dilakukan seorang dari Dunia Timur adalah mengkhianati kaum Dunia Timur lain ke Dunia Barat. Satu-satunya kejahatan yang dianggap buruk adalah menggunakan senjata Dunia Barat yang mengerikan yang disebut sumpit api. Tidak ada teman Malin yang menganggapnya mampu melakukan tindakan pengecut seperti itu. Mereka semua membenci musuh, sebagian besar bersumpah untuk menembak mereka di tempat.

Dia menyeka noda yang ditinggalkan si makhluk insang di meja. "Kaki busuk?"

Riwayat sederhana tentang dirinya bisa saja diperoleh di Panaimar tempat dia dibesarkan atau di Gugus Tiluwastika di mana saja kaum Ma'angin berada. Tapi bagaimana dia tahu kapan terakhir kali dia menuangkan minuman dan detail kehidupannya yang memalukan di Langkaseh? Gagasan bahwa seseorang di pulau ini mengirimkan informasi ke Dunia Barat mengganggunya. Tidak banyak yang tinggal di sini dan dia menganggap mereka semua teman baik, bahkan keluarga.

Ini pasti semacam trik tukang obat. Tidak mungkin ada orang di sini yang bekerja untuk Dunia Barat. Selain itu, tidak ada yang menarik di sini. "Di Langkaseh? Untuk apa? Perhatikan baik-baik di tempat ini, tidak ada yang bisa dimanfaatkan."

Kedai-kedai dan fasilitas dok berlapis debu tebal, kurangnya promosi, menunggu kembalinya kejayaan lalu yang jauh, sepinya Langkaseh menggema melalui teluk dan tebing.

Malin tidak bisa membayangkan sesuatu yang berharga di manapun di sini, Jika ada sesuatu yang berharga, pasti sudah ada orang yang menemukannya.

"Ada sesuatu di sini yang sangat penting. Senjata-senjata sisa perang. Beri aku minuman sementara aku menceritakan kisahku, lalu aku akan memberi tahumu apa yang ingin kamu ketahui. Dan kamu bisa menyimpan gaunku," dia mengangguk pada busana gemerlap dia letakkan di atas meja. "Ini harganya ratusan kepeng."

Malin menurunkan keranjang sampah dari rak di atas kepalanya. Itu diisi dengan persegi panjang tipis. "Simpan gaun baumu. Aku tak tertarik dengan modelnya, ada yang lebih bagus dan hal terakhir yang aku butuhkan adalah gaun pelangi."

"Bagus." Dia mengambil kembali gaunnya. "Informasi milikku masih berharga. Dunia Barat memiliki sesuatu di sini yang bernilai banyak kepeng. Lebih banyak kepeng daripada yang bisa dihasilkan kedaimu dalam sepuluh siklus matahari."

Kepeng selalu menarik perhatian Malin, tetapi bukan berarti dia gampang percaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun