Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 65: Melati di Sudut Tergelap

6 November 2022   09:00 Diperbarui: 6 November 2022   09:01 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku ingin menanam melati di taman.

Aku membayangkan kita duduk membaca di teras, dikurung oleh aromanya di malam musim kemarau, setelah sebelumnya bau masakan ikan bakar dan asap kayu cemara.

Melati memikat lebah dan membawa keberuntungan, menjauhkan kecemburuan dan mengusir hama serangga. Itu adalah aroma masa muda, ketika segala sesuatunya tampak jauh lebih sibuk dan tergesa-gesa, dan aku merokok di atap datar di luar jendela kamar kita saat fajar. Aku sudah berhenti merokok bertahun-tahun sekarang.

Aku akan kembali dengan damai, mencium aroma parfummu, bukan abu tengik.

Tapi taman kami menghadap ke arah yang salah dan rumah kita menghalangi cahaya yang dibutuhkan untuk apa yang kuinginkan.

Aku tahu melati akan tumbuh bengkok bengkok dan jelek di luar sinar matahari penuh, dan aku tak punya pilihan selain kecewa yang terpendam. Kamu bilang sebaiknya aku menyerah dan aku mengangguk seakan menerima saran tentang pemangkasan, tetapi aku sudah lama lupa untuk melakukannya.

Sekarang, hanya ada tanaman merambat yang tumbuh liar, merentangkan sulur-sulurnya, mencekik batang kurus pohon melati yang merana. Ketika tak dapat menemukan tambatan, menarikku saat berjalan ke gudang untuk mengambil pemotong rumput atau sesuatu.

Aku melewati jarak jangkauannya, lalu membawa gunting kebun yang tajam dan bergagang merah setiap kali keluar dari pintu belakang.

Sesekali aku menebasnya dengan gunting, mengayunkan sulur-sulur yang berliku-liku sampai seluruh tanaman bagai runtuh ke arahku, seolah-olah hendak mencekikku.

Aku bertanya-tanya apakah suatu hari sulur itu akan menangkap dan menarikku ke sudut gelapnya, surga tempat mereka bernaung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun