Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 28)

3 Oktober 2022   19:01 Diperbarui: 3 Oktober 2022   19:04 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"Tidak, tidak ada yang penting, hanya berpikir kita mungkin akan pesiar dari kota ini dan bersenang-senang karena kita akan mengobrol lama malam ini."

Ragu-ragu sejenak, Gumarang mempertimbangkan tawaran itu, dan berkata, "Aku rasa aku boleh menginap dua malam. Aku pinjam telepon untuk menelepon gerai dan memberi tahu mereka bahwa aku tidak akan ada di sana besok."

"Tentu, silakan. Aku akan membawa tasa bagasimu ke kamar tamu dan mengambilkanmu minuman."

Setelah ngobrol sejenak mengenang nostalgia semasa kuliah dulu, mereka berangkat makan malam dan pergi ke kedai minum di pinggir Muara Lembu. Setelah memesan minuman, Gumarang menceritakan mimpinya.

"Kau tahu tidak, jenis mimpi aneh di mana semuanya tampak begitu nyata, dan ketika kamu bangun, kamu sama sekali tidak yakin itu mimpi? Yang aku alami tadi malam adalah seperti itu, dan itu adalah mimpi terburuk yang aku alami."

Tando memegang gelas tuak berasnya dan mendengarkan.

"Mimpi itu dimulai dengan aku berjalan mendaki bukit bersama seseorang yang tidak kukenal, atau setidaknya tidak aku kenal di kehidupan nyata. Saat kami mendaki bukit, mendadak cuaca menjadi lebih gelap di sekitar kami, dan sepertinya kami tidak akan pernah mencapai puncak. Ketika kami akhirnya sampai di sana, kami melihat ke dalam lubang yang dalam dengan air di dasarnya.

Kami turun ke dalam lubang, dan saat kami turun lebih jauh, kami mulai meluncur. Saat itulah aku menyadari bahwa seluruh bukit terbuat dari tulang. Saat meluncur lebih cepat menuruni bukit tulang menuju air yang gelap, aku melihat sekeliling dengan panik, dan orang tak dikenal yang bersamaku telah lenyap. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak meluncur dan tepat sebelum masuk ke dalam air, tiba-tiba saja aku berhenti.

Saat berbaring di sana mencoba untuk melawan rasa panik, semuanya mulai bergerak di sekelilingku. Air hitam yang tenang mulai berubah. Arusnya perlahan bergerak ke arahku. Saat mereka mendekat, aku menyadari bahwa arus yang lebih deras bergerak di bawah permukaan. Masih panik, aku berbalik dan mencoba keluar dari lubang, tetapi tulang-tulang itu terus lepas menggelinding di bawah kakiku dan aku kembali meluncur ke air setiap kali aku bergerak.

Kerangka merayap keluar dari air dan mulai menarik kakiku. Hal berikutnya yang aku tahu, aku akhirnya berhasil dan keluar dari lubang.

Aku berlari dengan putus asa, merasa seolah-olah ada yang mengejarku. Kemudian semuanya tiba-tiba berubah dan saya berada dalam sebuah bilik kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun