Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teman yang Pendiam

3 September 2022   14:00 Diperbarui: 3 September 2022   14:01 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku bisa melakukan semua itu karena saat aku membuka pintu rumahku yang kosong, rumahku sama sekali tidak kosong.

Sahabatku yang pendiam ada di sana.

Dia datang menyambutku, melompat ke arahku, menjilat dengan lidahnya yang kasar.  Tubuhnya berbulu dan menjilat kakiku dengan lidahnya yang kasar. Kegembiraannya nyata, tetapi dia tidak menginterogasiku dengan pertanyaan-pertanyan memaksa atau berteriak kepadaku mendesak akan jawaban.

Ekornya bergoyang-goyang di belakangnya, dia melompat menjilati wajahku dengan kegembiraan yang nyata.

Aku tertawa dan menutup pintu di belakangku. Aku menjatuhkan tasku di atas meja dan berjongkok untuk memeluk dan menepuknya. Dia adalah hewan yang fantastis dan hebat dengan bakat melucu. Mantelnya yang tebal membingkai bentuk tubuhnya yang  atletis dan mata cokelatnya yang hangat hanya menuangkan cinta murni ke dunia ini.

Aku merasa sedikit bersalah karena mantan istriku yang ingin mendapatkan dia. Aku berdebat dengannya pada saat itu, tetapi aku akhirnya menyerah. Itu adalah argumen terbaik yang pernah kukalahkan.

Aku berjalan ke dapur dan dia berlari di belakangku. Aku merasakan kehangatan dan kebahagiaan mengalir darinya. Temannya yang berisik dan bau ada di rumahku! Ya! Mungkin seharusnya dia yang bekerja di neraka yang terbuka, pikirku sambil tertawa sendiri.

Aku memeriksa dan mengisi ulang tempat air minum di luar pintu dapur. Lalu aku mengambil makanannya dan mengisi mangkuk besar dengan porsi yang banyak.

Dia duduk dengan sabar sambil sepenuhnya dan benar-benar fokus pada setiap gerakanku. Ekornya bergoyang-goyang dengan riang di belakangnya saat dia menungguku untuk memberinya makan.

Aku mengambil makananku dari microwave sementara dia melahap makanan hariannya. Lelah memasak karena seseorang merasa tidak ada gunanya, jadi aku hanya membuang sisa makanan dari microwave dan pindah ke ruang tengah. Di sini aku meluncur ke sofa dan menyalakan TV. Aku tidak memasang sembarang saluran. Tidak. Aku telah menjadi sasaran kebisingan sepanjang hari, maka aku memasang salah satu saluran musik dan musik rock lembut mengalun di seluruh ruangan.

Dia melompat ke sofa, menjilati wajahku dengan napasnya yang bau dan meringkuk di sampingku. Aku tersenyum dan membelai mantel bulunya. Dia mendongak dan aku menggaruk belakang telinganya. Aku bisa melihat dia tersenyum. Aku meluncur kembali ke kursi dan memejamkan mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun