Tidak lama setelah pikiran itu terlintas di benaknya, seekor burung besar muncul dari belakangnya, terbang hampir tepat di atas kepala menuju pohon mati, dan burung itu hinggap di dahan tertinggi.
Dia duduk tegak dan menyipitkan matanya. Seekor burung kacer, dan dia bisa melihat hewan itu mengamati air di bawah.
Rahnia mencari suaminya untuk melihat apakah dia menyadari kehadiran burung kicau tersebut, tetapi Gusman telah berpindah jauh ke sisi lain teluk dan membelakanginya.
Dia melihat kembali ke pohon mati tepat pada waktunya untuk melihat burung kacer bersandar ke depan dan menjatuhkan cabang seperti batu. Cabang mati itu jatuh ke air dan memukul permukaan dengan keras. Percikan dan kepakan sayap, lalu burung itu terangkat kembali ke udara, menangkap ikan sepat gemuk yang menggeliat di cakarnya. Lalu mengepakkan diri ke danau dan dengan cepat menghilang dari pandangan.
Rahnia melihat kembali ke pohon mati, dan menemukan bahwa itu telah berubah. Entah bagaimana ... tidak terlihat begitu jelek baginya. Nyatanya, kini dia berpikir sepertinya benda itu tepat berada di tempatnya. Dia bahkan berpikir bahwa doyongnya memberi semacam tampilan yang riang.
Rahnia tiba-tiba menjadi khawatir. Dia tahu bahwa pada akhirnya pohon mati itu akan jatuh ke danau, dan perlahan-lahan pupus di air keruh. Tapi untuk saat ini, dia berharap pohon tua itu akan bertahan sekitar satu dekade lagi.
Rania lalu bersandar pada sikunya di rumput yang sejuk untuk menikmati pemandangan.
Bandung, 12 Juli 2022