Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ventriloquist

29 Januari 2022   13:30 Diperbarui: 29 Januari 2022   13:35 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami adalah penampil ventriloquist terbaik yang pernah ada, dan kami akan selalu seperti itu.

Awalnya memang sulit. Kami masuk ke dunia hiburan ketika aksi suara perut di ujung senja. Orang-orang mengira aksi kami sudah kedaluwarsa, sama seperti pemain sulap dan pantomim. Komedian stand-up yang merajai pentas, CGI menguasai layar, dan tidak ada yang ingin menonton seorang pria muda dengan boneka berbicara.

Tapi Kodo dan aku membalikkan keadaan. Kami berhenti melawan teknologi baru, dan malah memeluknya. Selalu ada elemen sihir mekanik di boneka sulap suara perut dengan tali, tuas, dan pegas di dalamnya untuk menggerakkan bibir dan mata. Kami membawanya ke tingkat berikutnya.

Sulit bagiku ketika Kodo mendapatkan peningkatan pertamanya, karena begitu banyak dari dia yang berubah. Mulutnya yang pertama pergi, tetapi penggantinya jauh lebih ekspresif. Dia kehilangan cibiran khasnya, dan kami sempat khawatir untuk sementara waktu, tapi aku berlatih keras dengan bibirnya---sekarang tanpa kawat, semua dikendalikan dengan sarung tangan data di dalamnya---dan dia segera mengembangkan twist terkenal dari mulutnya yang berarti, "Mengapa aku menjadi mitra si idiot ini?"

Mata Kodo adalah bagian pertama yang dia pelajari untuk bergerak sendiri. Perangkat lunak awal hanya memberinya kedipan yang realistis, tetapi segera diperbarui untuk membuat pandangannya melacak objek tanpa bantuanku. Aku takkan pernah melupakan saat pertama kali dia memutar matanya pada salah satu lelucon bodohku.

Kami menceburkan diri ke dalam perubahan itu. Kayu yang dipoles di wajahnya berubah menjadi kulit yang realistis, dengan otot sintetis untuk menarik wajahnya ke sana kemari. 

Dia bisa menjadi manusia yang menakutkan atau boneka kosong yang lucu. Itu menjadi terlalu rumit untuk kukendalikan dengan sarung tangan, jadi kami memperbarui perangkat lunaknya, membuat wajahnya bergerak lebih mandiri.

Kemudian menyusun tangan dan tungkainya, lengan dan kakinya. Sepotong demi sepotong kami mengubahnya dari boneka menjadi android. Kodo menyukainya. Dia selalu menantikan bagian tubuh berikutnya yang bisa dia kendalikan.

Dan penonton kami juga menyukainya. Kami tampil dari klub kecil ke stadion sepak bola. Saluran YouTube kami membuat kami menjadi crazy rich. Kami punya acara TV sendiri di jam tayang utama.

Tapi ketenaran hanya bertahan jika punya gimmick, dan kami tahu mereka akan bosan dengan kesempurnaan robot Kodo dan permainan kata-kataku yang mengerikan. Kejeniusan kami datang saat kami bertukar tempat. Kami mengubah aksi agar terlihat seperti Kodo yang menjalankanku.

Sekarang ketika aku melemparkan lelucon buruk ke mulut Kodo, dia akan memutar matanya dan penonton akan tertawa terbahak-bahak. Semua orang tahu Kodo bisa membuat lelucon yang lebih baik, tapi manusia gilanya hanya mampu membuat lelucon lama yang sama.

Kontrak datang air bah. Kami menjadi viral, global. Kami melakukan investasi ke dalam perangkat lunak Kodo. Dia menjadi lebih pintar dariku!

Tapi kemudian hal terburuk terjadi.

Aku kehilangan suaraku. Kami pikir itu hanya akan hilang selama beberapa hari, tetapi ternyata tak pernah kembali. Apa yang bisa kami lakukan?

Kami sedang berada di puncak ketenaran. Kami memiliki pesaing, para peniru. Kami harus tetap menjadi yang terbaik.

Keputusannya sangat jelas. Kami memberi Kodo suaranya sendiri.

Dia cukup pintar untuk menanganinya. Kami naik panggung pada malam berikutnya, dan dia melemparkan suaranya ke bibirku, dan tidak ada yang tahu.

Namun kami bahkan tidak berusaha merahasiakannya. Internet menjadi liar. Mereka lebih mencintai kami. Di dunia di mana segala sesuatunya hancur, kami membantu orang menemukan lelucon untuk ditertawakan.

Kami menjadi tokoh politik. Kodo berbicara untuk hak asasi mesin. Kami adalah wajah dari emansipasi robot. Kami membuat android dapat diterima.

Pada saat begitu banyak umat manusia tampaknya bertekad untuk menghancurkan dirinya sendiri, kami menghapus robot dari daftar hal-hal yang harus ditakuti.

Kami berkeliling dunia. Itu sulit. Lebih sulit untukku daripada Kodo. Aku jatuh sakit lebih dari sekali, tapi Kodo membuatku terus bergerak. Dia selalu mengajakku ke pertunjukan. Bahkan pada hari-hari ketika aku hampir tidak bisa berjalan, dia akan menggendongku dari tempat tidur.

Sungguh melegakan ketika Undang-Undang Hak untuk Robot disahkan, dan aku dapat menyerahkan urusan keuangan kami kepada Kodo. Dia selalu lebih baik dalam urusan angka-angka daripadaku. Dan itu berarti ketika kesehatanku memburuk, aku bisa memberinya surat kuasa. Aku tahu aku akan aman bersamanya.

Kami perpindah dari kekuasaan ke kuasaan lain, bahkan ketika umat manusia mengobarkan perang. Aku tak perlu menceritakan kengerian itu kepada kalian. Kalian tahu betapa buruknya itu, dan berapa banyak manusia yang menjadi korban. Pikirkan betapa lebih buruknya jika kita tidak menggerakkan pabrik robot untuk menjaga dunia tetap berjalan saat umat manusia memudar.

Kodo baik padaku. Kami kaya, dan dia membuatku tetap hidup. Pertama paru-paru dan tenggorokanku, lalu mataku. Hanya yang terbaik yang bisa dibeli dengan uang untuk membuat aku terus maju. Organ yang tumbuh dalam stoples untuk menggantikan yang lama karena gagal. Tulang tiruan untuk menjagaku tetap utuh saat tulang asliku hancur dan patah.

Tubuhku sangat sakit, tapi aku masih di sini. Masih di sini membuat jutaan tertawa. Masih di sini di lutut Kodo, menatap lautan wajah tersenyum.

Wajah-wajah logam yang tersenyum.

Bandung, 29 Januari 2022

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun