Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutukan karena Menjadi Manusia

16 September 2021   20:21 Diperbarui: 16 September 2021   20:46 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: aucklandzoo.co.nz

"Aku tidak tahu. Dia tidak memberi tahuku siapa kliennya."

Kamu seorang penyihir. Membunuhmu tidak akan berdosa. Katakan atau aku akan membunuhmu.

"Lebih baik mati remuk daripada disiksa. Kamu pikir menjadi gajah adalah satu-satunya kutukan untukmu? Ada alasan mengapa penyihir itu mengubahmu menjadi seekor gajah. Hewan yang memiliki ingatan yang kuat dan meratapi kematian mereka yang dicintainya."

Apa maksudmu?

"Kamu tidak membunuh Gina. Dia hidup. Ingatan itu ditanamkan di otakmu."

Kata-kata Gina mengejutkan Markus, membuatnya tergoncang dan membuatnya mundur, secara tidak sengaja melepaskan Katrina. Gadis itu berdiri dan menangis lega, kemudian gemetar karena marah.

Katrina berlari ke dinding.

Markus meniup trompetnya penuh duka cita. Katrina menatap kembali padanya dengan penuh belas kasihan di matanya.

***

Keesokan harinya, Gina berdiri di depan kandangnya. Mengenakan rok merah seksi dengan belahan di samping dan sepatu hak tinggi.

Gina membenci sepatu hak tinggi. Sama seperti ketidaksukaanya untuk berias dan menata rambut. Matanya yang kosong menatapnya dari wajah dengan dandanan yang berlebihan di bawah rambut kering modern. Tangannya yang bercincin terangkat dengan gerakan lambat mengusir lalat yang mendarat di wajahnya. Ekspresinya tidak pernah berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun