Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kaus Kaki Pawang Harimau

18 Juni 2021   19:06 Diperbarui: 18 Juni 2021   20:19 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kamu tahu, Fer," kata Bulbul, " kebanyakan pria menjalani kehidupan dengan menyembunyikan tekanan dan berlagak seolah-olah semuanya baik-baik saja. Tampaknya kamu sebenarnya merindukan kebebasan. "

"Tidak ... ya ... aku tak tahu," kata Ferry sedih. "Aku senang bersamamu, Bulbul. Aku telah membesarkanmu sejak kamu masih kecil. Meski sekarang sedikit kecewa karena kamu belum pernah berbicara sebelumnya, padahal selama ini sebenarnya kamu bisa melakukannya. Tapi tetap saja, aku menganggap hubungan kita istimewa. Aku menganggapmu sebagai teman terbaikku."

"Dan kau sahabatku," kata Bulbul. "Mungkin kita hanya perlu perubahan suasana."

Ferry bangkit kembali dan mulai berjalan mondar-mandir di dalam kandang. Dia memperhatikan bahwa pintu itu terkunci dan menghela nafas. Berapa banyak dia minum semalam? Tapi tidak masalah.

"Bulbul, kau benar," katanya. "Aku merindukan hari-hari pengembaraan kita. Kita sudah lama tidak keluar dari taman safari, mungkin sudah sepuluh tahun. Dulu kita biasa bepergian ke seluruh Nusantara, ingat? Bahkan, pernah sampai ke manca negara untuk mengikuti Festival Sirkus Sedunia! Kita memang membutuhkan perubahan suasana!"

"Ssst, ada yang datang," kata Bulbul. "Sebaiknya kita menunggu sampai malam gelap baru kita menyelinap pergi."

"Ya, Bulbul sahabatku, harimau yang baik," kata Ferry lantang karena Lolita, wanita bertato dan berjanggut, lewat. Sepertinya masih mengenakan gaun merah lusuh yang sama dengan yang dikenakan semalam. "Selamat pagi, Lolita!"

Lolita menatap Ferry dan Bulbul dengan curiga, lalu menggelengkan kepalanya. "Mengunci dirimu di sana lagi, Ferry?"

"Benar, Lolita. Bisa minta tolong untuk mengambilkan kunci cadangan dari manajer? Aku traktir minum bir malam ini, maksudku, kapan saja kita sama-sama di bar. Setuju?"

"Oh, baiklah," jawab Lolita sambil menggaruk janggutnya dan pergi. "Jangan lupa, Fer. Bir," dia berbalik dari balik bahunya. Lolita minum bir selayaknya elang memangsa ular yang memakan tikus.

"Bagus," kata Bulbul. "Terutama karena kamu tidak akan minum dengannya lagi untuk sementara waktu, kan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun