Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dua Belas Kematian

14 Juni 2021   22:04 Diperbarui: 14 Juni 2021   22:09 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rena adalah seorang penyanyi dangdut. Aku bertemu dengannya pada malam sesudah bapak dimakamkan dan tahu aku harus mendapatkannya. Dia jatuh cinta padaku dalam satu jam, katanya.

Aku selalu bertanya-tanya apakah butuh waktu satu jam penuh atau apakah aku telah memikatnya dengan beberapa menit yang tersisa. Itulah penyair dalam diriku. Satu jam terlalu ... sempurna.

Kami miskin tapi berbakat. Orang-orang suka, terutama potensi tragedi di sekitar kami. Cerita seperti kami tidak pernah berakhir dengan baik.

Setiap malam dia bernyanyi di sebuah pub.  Aku mengunjungi pub itu karena sedang berduka, bukan karena memang berniat untuk berada di situ.

Aku mengenakan satu-satunya tuksedo yang kupakai untuk ke pemakaman, dengan sepatu berdebu tanah kuburan, dan Pendaur di pergelangan tangan kiri.

Suara nyanyian Rena berasal dari alam semesta yang tak terjangkau, membuat jiwamu membara.

Sendirian di atas panggung, pipinya merona dan mata setengah terpejam, bermandikan cahaya keemasan dari lampu kristal yang menggantung di atasnya. Dia bergoyang-goyang sambil  bernyanyi, karena jika dia tidak bergoyang sambil bernyanyi, musik akan memangsanya, katanya.

Ketika dia mencapai nada tertinggi, mata yang cokelat terbuka, seperti  terlahir kembali dari surga, dan menemukan mataku. Dia selalu membuat penonton menangis dan meleleh menjadi debu.

Bukan secara tersurat, tentu saja. Karena aku seorang penyair.

Tidak mungkin terlalu berhati-hati dalam dongeng.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun