Wak mau dengar "Home by the Sea". Aku mengangkat bahu. Beatles? Ada banyak.
Bagaimana sekolahmu? tanyanya. Kapan kamu pulang kampung? Apakah kamu sudah punya pacar?
Beberapa tahun terakhir semuanya bercampur aduk dalam pikirannya.
Sungguh, siapa orang ini? Dia menatap halaman depan lagi.
Itu Presiden, kataku padanya. Dia yang memerintah.
Jangan bercanda, Wak Tisna tertawa. Tak mungkin!
Inilah yang selama ini mengganggu pikiranku. Jika dia bisa jadi pemenang, kita semua bisa. Tapi kamu tidak bisa menang jika tidak bergerak. Kamu tidak bisa menguasai dunia dari kamar indekos sempit di Cigereleng. Dan ibumu tidak akan membiarkanmu sendirian karena "Ibu dulu sekolah di kampung, kan?" Hidupmu harus lebih dari ini.
Ikut saja senam pagi sebentar, kata Wak Tisna. Nanti beritahu Wak apa saja berita yang lagi hangat seperti biasanya.
Dia bangkit dan meletakkan koran di bawah gelas di meja samping tempat tidur. Embun dari pantat gelas membentuk cincin dari tinta yang pudar.
Kemudian kami berjalan ke luar dan pagi itu merupakan pagi yang sempurna.
Bandung, 10 Mei 2021