Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tangisan Lelaki Hujan

22 Juni 2021   07:17 Diperbarui: 22 Juni 2021   07:29 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

When you said, "So long"
Left me standing all alone
Alone and crying, crying
Crying, crying

Tapi dari punggung yang menghadap ke arahnya, lelaki itu dapat merasakan bahwa setiap lubang pori-pori dan setiap helai rambut perempuan itu memancarkan hawa kebencian yang hitam. Begitu gelap, begitu menusuk, menyerbu mengiris-ngiris rasa lelaki. Pedih yang dominan dengan ketidakmengertian, karena selama hidupnya ia tak kenal benci. 

Selama ini ia memandang dunia dengan katalog spektrum warna yang berbeda dari manusia umumnya. Ia memahami meskipun tak menyetujui setiap aksi reaksi, dan bertindak dengan kasih sayang dan kebenaran. Namun tak pernah membenci, karena ia merasa benci adalah hak Tuhan yang tidak dibagikan kepadanya.

It's hard to understand
But the touch of your hand
Can start me crying

Hari itu, ia berkenalan dengan benci. Dan rasa benci memeluknya erat, menjadikannya seorang sahabat.

I thought that I was over you
But it's true, so true
I love you even more
Than I did before

Ketika menyaksikan cinta pasangan kekasih memudar dan hilang, ia selalu merasakan pedih. Kali ini kepedihan itu miliknya. Utuh. Puluhan tahun menjaga rasa, mematuhi semua do-don’t di buku-buku dan petuah tentang saling menjaga. Tapi memang untuk itu dibutuhkan para pihak, tak mungkin hanya berakting solo. Hasilnya hanya akan menuai sepi sendiri.

Benci, sisi lain mata uang yang menguar dari balik punggung perempuan itu kini miliknya. Utuh seluruh.

But, darling, what can I do?
For you don't love me
And I'll always be crying over you
Crying over you

Maka mereka berpisah tanpa kata, untuk terakhir kalinya. Dan benci itu bersemayam di lubuk jiwa lelaki yang untuk pertama kalinya jatuh benci dalam hidupnya yang nyaris tua.

Yes, now you're gone
And from this moment on
I'll be crying, crying
Crying, crying
Yeah, crying, crying
Over you

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun