Gender yang sebagaimana kita ketahui yaitu keadaan individu yang lahir secara biologis sebagai laki-laki dan perempuan yang memperoleh pencirian sosial sebagia laki-laki maupun perempuan dengan atribut-atribut maskulinitas dan feminitas yang sering didukung oleh nilai-nilai, sistem dan simbol yang ada di masyarakat. Gender sendiri sering disalah artikan dengan orientasi seks manusia. Seks yang merupakan sifat atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang sudah ditentukan secara biologis  pada jenis kelamin tertentu. Perbedaan ini akhirnya sering dianggap menjadi ketentuan tuhan yang bersifat kodrat yang tidak bisa diubah lagi sehingga dengan perbedaan ini memunculkan terjadinya ketidakadilan gender di masyarakat.
Salah satu jenis ketidakadilan gender yang terjadi adalah stereotipe mengenai gender. Stereotipe mengenai gender sendiri sering memunculkan pandangan mengenai diskriminasi yang disebut seksisme. Dengan hal ini prasangka-prasangka yang muncul kerap kali membuat perempuan merasa tidak percaya diri lewat cara mereka memandang perempuan. Penggunaan media sosial juga berdampak pada perubahan gaya komunikasi dan karakteristik seseorang seperti membanggakan diri sendiri secara berlebihan. Masyarakat yang menjadi pengguna media sosial seringkali berlomba-lomba untuk menampilkan dan membuat branding tentang dirinya kepada dunia luar. Melalui berbagai foto, video, pernyataan yang ada di media sosial, mereka ingin menunjukkan dan mengarahkan pandangan orang lain bahwa mereka adalah seperti yang mereka gambarkan. Dengan kemunculan media sosial sebagai ruang baru untuk berinteraksi, memudahkan mereka dan meningkatkan rasa ingin tahu mereka akan dunia yang lebih luas.
Media sosial juga dijadikan sebagai sarana untuk memuaskan hasrat baik yang bersifat positif atau negatif yang tidak dapat mereka lakukan di dunia nyata. Internet dan perkembangan teknologi informasi merupakan alat yang berpotensi dalam perilaku menyimpang dan merusak dalam kehidupan remaja yang menjadikan mereka sebagai korban secara online. Seorang perempuan boleh saja gemar berpakaian seksi sebagai wujud otonomi atas tubuhnya sendiri. Dan laki-laki yang memahami kesetaraan gender tentu paham bahwa esensi perempuan melebihi anatomi fisik yang dapat memancing birahi. Feminisme bukan hanya semata mengubah posisi di mana perempuan menyingkirkan laki-laki dari puncak podium.
Pemahaman mengenai gender sangat perlu adanya dalam beberapa kasus diskriminasi yang terjadi, hal tersebut dapat dijadikan sebagai ideologi yang membebaskan, baik perempuan maupun laki-laki, untuk menentukan hidupnya tanpa merasa direpresi oleh kurungan-kurungan sosial yang tercipta.