Mohon tunggu...
Asfa Davissyah
Asfa Davissyah Mohon Tunggu... Mahasiswa Teknik Informatika UIN Malang

Hanya manusia yang sedang berkuliah dan ingin lulus tepat waktu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengurai Pentingnya Software Engineering Operations di Era DevOps

30 April 2025   20:09 Diperbarui: 30 April 2025   20:15 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Markus Spiske on Unsplash

Dalam dunia pengembangan perangkat lunak modern, satu istilah yang terus bergema kuat di banyak organisasi teknologi adalah: Software Engineering Operations, atau sering disebut dengan DevOps. Sebagai seseorang yang sudah lama berkecimpung dalam dunia pengembangan sistem dan manajemen TI, saya melihat sendiri bagaimana pergeseran pendekatan ini bukan sekadar tren, melainkan keharusan.

Dulu, proses pengembangan perangkat lunak cenderung terpisah antara tim developer dan tim IT operations. Developer fokus menulis kode, sementara operations bertanggung jawab pada deployment dan pemeliharaan sistem. Tapi, seiring dengan kebutuhan pasar yang menuntut kecepatan, ketepatan, dan kualitas tinggi secara bersamaan, batas antara dua tim ini perlahan mengabur. Di sinilah Software Engineering Operations berperan.

Apa Itu Software Engineering Operations?

Sederhananya, ini adalah pendekatan yang menyatukan pengembangan (engineering) dan operasi (operations) dalam satu alur kerja kolaboratif. Di dalamnya, terdapat praktik-praktik seperti continuous integration, automated testing, continuous delivery, monitoring real-time, hingga feedback loop dari pengguna langsung.

Tujuannya jelas: menghadirkan perangkat lunak berkualitas tinggi secara cepat dan berkelanjutan.

Bayangkan sebuah aplikasi mobile yang Anda gunakan setiap hari---entah itu e-commerce, ride-sharing, atau media sosial. Setiap fitur baru yang muncul, perbaikan bug, hingga stabilitas layanan yang terus terjaga bukanlah hasil kerja semalam. Itu semua adalah buah dari sistem kerja DevOps yang dirancang matang dalam lingkup Software Engineering Operations.

Mengapa Ini Penting?

Dari pengalaman saya, perusahaan yang masih memisahkan pengembangan dan operasi sering kali menghadapi masalah klasik: keterlambatan peluncuran, kualitas produk yang rendah, serta komunikasi tim yang buruk. Di sisi lain, perusahaan yang menerapkan pendekatan DevOps cenderung lebih adaptif, responsif terhadap masukan pengguna, dan minim kesalahan saat peluncuran fitur baru.

Dalam artikel "DevOps and Software Quality: A Systematic Mapping" yang saya telaah baru-baru ini, disebutkan bahwa DevOps bukan hanya mempercepat proses pengembangan, tetapi juga memiliki korelasi positif terhadap kualitas perangkat lunak itu sendiri. Aspek seperti automasi, budaya kolaborasi, dan pengukuran performa sistem menjadi pilar penting dalam menjaga kualitas produk digital.

Bahkan, penelitian tersebut menegaskan bahwa kualitas tidak hanya dilihat dari keandalan sistem, tetapi juga dari usability (kemudahan penggunaan), efficiency (efisiensi performa), maintainability (kemudahan pemeliharaan), dan portability (kemudahan dipindahkan antar sistem). Semua hal ini dirancang dan dikawal dalam operasi rekayasa perangkat lunak modern.

Automasi: Jantungnya Software Engineering Operations

Jika saya harus menunjuk satu aspek paling berdampak dari pendekatan ini, saya akan menjawab: automasi. Dalam lingkungan pengembangan modern, automasi bukan lagi pelengkap---ia adalah kebutuhan utama.

Dengan pipeline CI/CD (Continuous Integration/Continuous Delivery), setiap kali kode baru ditambahkan oleh developer, sistem otomatis menjalankan serangkaian pengujian. Jika lulus, kode akan langsung masuk ke proses deployment tanpa campur tangan manual yang memakan waktu dan rawan kesalahan.

Bagi organisasi besar dengan ratusan rilis per hari, automasi adalah satu-satunya jalan untuk menjaga kecepatan dan kualitas dalam satu paket.

Namun, automasi bukan hanya tentang kecepatan. Ia juga menciptakan konsistensi. Tidak ada lagi "it works on my machine" karena seluruh pengujian dilakukan pada lingkungan standar yang sudah disepakati bersama.

Budaya Kolaborasi: Bukan Sekadar Teknologi

Sering kali, saya melihat perusahaan tergesa-gesa membeli tools DevOps canggih, berharap semua masalah langsung terselesaikan. Padahal, keberhasilan Software Engineering Operations sangat bergantung pada satu faktor non-teknis: budaya kolaborasi.

Mengubah pola pikir dari "kerja tim saya selesai, sisanya urusan mereka" menjadi "kita bertanggung jawab bersama atas produk ini" adalah tantangan besar. Tapi saat perubahan itu berhasil dilakukan, hasilnya sangat nyata.

Komunikasi menjadi lebih terbuka, proses lebih transparan, dan yang paling penting: tanggung jawab atas kualitas menjadi milik bersama.

Monitoring dan Feedback: Kunci Perbaikan Berkelanjutan

Tak kalah penting, sistem monitoring dan feedback real-time juga menjadi elemen krusial. Setiap kali ada fitur baru dirilis, tim dapat langsung memantau bagaimana pengguna berinteraksi dengannya. Apakah performanya stabil? Apakah ada bug yang muncul?

Dengan informasi ini, tim bisa segera mengambil tindakan sebelum masalah menyebar luas. Ini berbeda jauh dengan pendekatan lama, di mana masalah baru diketahui setelah pengguna marah dan memberi rating satu bintang di Play Store.

Dalam konteks ini, Software Engineering Operations bukan hanya menciptakan produk, tetapi juga menjaga dan menyempurnakannya secara terus-menerus.

Tantangan di Lapangan

Tentu, semua ini terdengar ideal. Tapi sebagai praktisi, saya paham bahwa menerapkan pendekatan ini bukan tanpa tantangan. Beberapa hal yang sering saya temui di lapangan:

  • Kurangnya pemahaman menyeluruh di tim lintas fungsi.

  • Ketergantungan pada teknologi lama yang sulit diintegrasikan.

  • Resistensi terhadap perubahan budaya kerja, terutama di organisasi yang sudah lama berdiri.

Namun, saya percaya bahwa tantangan ini bisa diatasi dengan pelatihan berkelanjutan, komunikasi yang terbuka, dan keberanian untuk berubah.

Relevansi bagi Mahasiswa dan Pemula

Bagi teman-teman mahasiswa, khususnya yang masih duduk di semester empat seperti yang membaca tulisan ini, mungkin pendekatan DevOps atau Software Engineering Operations terasa berat. Tapi percayalah, ini adalah kenyataan industri yang akan kalian hadapi setelah lulus nanti.

Mulailah mengenal konsep dasar seperti version control (Git), CI/CD, dan unit testing. Pelajari bagaimana tim pengembang bekerja secara kolaboratif, dan biasakan diri dengan tools seperti Jenkins, GitHub Actions, atau Docker meski hanya lewat project kecil.

Percayalah, lulusan yang sudah mengenal dunia operasi perangkat lunak modern akan jauh lebih siap bersaing di dunia kerja.

***

Di era digital saat ini, kecepatan saja tidak cukup. Perangkat lunak harus cepat, tapi juga andal, aman, dan nyaman digunakan. Inilah mengapa Software Engineering Operations menjadi tulang punggung dari transformasi digital di berbagai sektor.

Pendekatan ini menggabungkan keunggulan teknis dan budaya kerja yang progresif. Dan sebagai seseorang yang mengikuti dunia TI dari dekat, saya bisa mengatakan: masa depan pengembangan perangkat lunak ada di sini.

Jadi, jika kalian ingin menapaki karier di dunia software engineering, mulailah dari memahami bahwa operasi bukan sekadar bagian akhir dari proyek---ia adalah proses yang hidup, tumbuh, dan menentukan keberhasilan produk digital yang kita bangun bersama.

Referensi

Mishra, A., & Otaiwi, Z. (2020). DevOps and software quality: A systematic mapping. Computer Science Review, 38, 100308. https://doi.org/10.1016/j.cosrev.2020.100308

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun