Literasi digital bukan lagi sekadar kemampuan teknis menggunakan perangkat digital, melainkan menjadi fondasi utama dalam membangun kesadaran kritis dan narasi mandiri terkait AI. Dalam konteks Indonesia yang sangat heterogen, literasi digital harus dirancang sebagai gerakan kolektif yang inklusif dan adaptif.
1. Pendekatan Multidimensional
Literasi digital harus mencakup aspek-aspek berikut:
Pemahaman teknologi AI dan algoritma: agar masyarakat dapat mengenali dampak, potensi, dan risiko AI dalam kehidupan sehari-hari.
Kesadaran etika dan hak digital: menanamkan pemahaman soal privasi data, keamanan informasi, dan keadilan algoritmik.
Kritis terhadap disinformasi: mengajarkan cara mengenali berita palsu, manipulasi digital, dan bias media sosial.
Penguasaan alat digital: termasuk coding dasar, penggunaan platform AI terbuka, dan pembuatan konten kreatif digital.
2. Gerakan Literasi Digital Berbasis Komunitas
Gerakan literasi digital harus berakar dari komunitas lokal, bukan hanya bergantung pada inisiatif top-down. Contohnya:
Program pelatihan digital di desa-desa yang menggabungkan teknologi dengan kebutuhan lokal seperti pertanian pintar (smart farming).
Kolaborasi dengan sekolah, pesantren, dan kelompok perempuan untuk memberdayakan kelompok rentan secara digital.