Di sektor jasa dan manufaktur, otomatisasi berbasis AI telah mulai menggantikan pekerjaan manusia, terutama yang bersifat repetitif. Beberapa kasus nyata:
Di sejumlah startup dan perusahaan e-commerce, layanan pelanggan manusia telah digantikan oleh chatbot berbasis NLP, seperti AI generatif yang menjawab komplain pelanggan.
Dalam industri finansial, banyak posisi analis junior, teller, dan call center digantikan oleh sistem AI analitik prediktif dan voice bot.
Di dunia media, layanan penulisan berita berbasis AI seperti automated journalism sudah mulai diterapkan, mengurangi kebutuhan wartawan pemula.
BPS (2023) mencatat kenaikan jumlah pengangguran terdidik, terutama dari lulusan perguruan tinggi di bidang sosial-humaniora---salah satu sinyal dari mismatch antara dunia pendidikan dan kebutuhan kerja baru yang sangat terdampak AI.
2. Disinformasi dan Manipulasi: AI sebagai Mesin Hoaks
AI generatif membuka peluang luar biasa dalam menciptakan konten digital, namun juga menjadi senjata disinformasi yang nyaris tak terdeteksi:
Menjelang Pemilu 2024, sejumlah laporan dari MAFINDO dan Kominfo menunjukkan peningkatan signifikan dalam produksi deepfake video dan suara tokoh politik.
AI digunakan untuk menyebarkan narasi palsu dalam kampanye hitam, menciptakan akun bot yang menyebarkan hoaks terstruktur.
Konten berita palsu berbasis AI content spinner semakin marak di media sosial, menipu pengguna dengan tampilan yang seolah profesional dan sahih.
Laporan Microsoft Threat Intelligence (2023) menyebut Indonesia sebagai salah satu target utama uji coba AI-based information operation oleh aktor global dan domestik.