Mari bayangkan dua strategi moral:
a. Strategi A: Taat terhadap nilai spiritual, menahan diri dari dosa, mengejar makna jangka panjang.
b. Strategi B: Mengabaikan nilai moral demi kepuasan instan, mengejar kenikmatan duniawi, menghindari tanggung jawab spiritual.
Dalam jangka pendek, Strategi B tampak menguntungkan (hedonisme, kekuasaan, kepopuleran). Namun dalam kerangka jangka panjang, Strategi B menyimpan payout negatif eksistensial berupa kehampaan, disonansi batin, serta ganjaran akhirat. Ini sesuai dengan QS. Al-Baqarah: 86 , "Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka tidak akan diringankan azab dari mereka, dan mereka tidak akan ditolong."
5. Neraka sebagai Payout Negatif dalam Skema Keadilan Kosmis
Dalam logika sistem moral, neraka bukanlah bentuk kezaliman, tapi payout negatif yang secara rasional dijelaskan sebelumnya. Sama seperti dalam hukum pidana: seseorang yang membunuh akan dihukum, bukan karena sistem kejam, tetapi karena sistem itu dibentuk atas dasar pilihan bebas dan konsekuensinya. Yang tidak adil justru jika pelanggaran besar tidak dibalas secara setimpal.
Neraka, dalam hal ini, bukan rencana awal Tuhan, tetapi konsekuensi yang terjadi ketika manusia menolak struktur permainan ilahi dengan sengaja.
Keberadaan neraka bukanlah bentuk kebencian Tuhan terhadap ciptaan-Nya, melainkan bagian dari mekanisme keadilan yang rasional dan terkomunikasikan secara adil. Dalam sistem kosmis yang membuka ruang pilihan, konsekuensi negatif adalah keharusan moral, bukan tirani spiritual.
IV. Variabel yang Mendorong Manusia ke Neraka
Meskipun manusia diciptakan dalam bentuk terbaik (QS. At-Tin: 4), potensi tersebut tak otomatis terwujud tanpa perjuangan. Dalam kerangka bebas memilih (ikhtiar), manusia berhadapan dengan beragam variabel, baik internal maupun eksternal, yang dapat mengaburkan fitrahnya, melemahkan moralnya, dan pada akhirnya mendorongnya ke arah jalan yang menyimpang. Bagian ini membedah faktor-faktor utama yang menghalangi manusia dari kesadaran ilahiah dan menyeretnya menuju kondisi spiritual yang destruktif, yang oleh wahyu digambarkan sebagai neraka.
1. Variabel Internal: Kerapuhan Batin sebagai Medan Pertarungan