Salah satu penyebab keruntuhan moral publik adalah krisis keteladanan elite, baik dari kalangan politikus maupun tokoh agama. Ketika penguasa memanipulasi hukum demi kepentingan pribadi, dan ulama menjual fatwa demi kedekatan kekuasaan, masyarakat kehilangan rujukan moral. Inilah makna dari sabda Nabi:
 "Akan datang suatu zaman di mana orang jahat dijadikan pemimpin, dan orang terpercaya dianggap pengkhianat." (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Studi Kasus: Korupsi dan Dekadensi Moral Bangsa
Indonesia, sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, tidak luput dari krisis moral struktural. Berdasarkan data KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), sepanjang dua dekade terakhir, mayoritas kasus korupsi melibatkan pejabat publik dan tokoh agama. Ini menandakan bukan hanya kegagalan individu, tetapi kerapuhan sistemik yang membentuk kultur permisif terhadap dosa sosial.
Contoh kasus:
a. Skandal korupsi bansos saat pandemi, yang menyakiti jutaan rakyat miskin.
b. Uang zakat dan dana haji yang disalahgunakan oleh oknum tokoh agama.
c. Skema politik dinasti dan politik uang yang menghilangkan makna pemilu sebagai sarana aspirasi rakyat.
Semua itu menunjukkan bahwa neraka bukan hanya akibat dari zina dan mabuk, tetapi juga dari pengkhianatan sosial yang terstruktur dan sistematis, yang dihalalkan atas nama "kebutuhan" atau "kondisi darurat."
Variabel yang mendorong manusia ke neraka bukanlah bukti kelemahan desain ilahi, melainkan konsekuensi dari interaksi kompleks antara potensi dalam diri manusia dan tekanan lingkungan eksternal. Neraka, dalam kerangka ini, bukanlah jebakan, tetapi hasil alami dari penyimpangan sadar dan terstruktur terhadap kebaikan yang sudah diketahui.
V. Tarikan Alamiah Manusia ke Surga
Jika variabel neraka bersumber dari kelemahan dan godaan, maka tarikan ke surga lahir dari kekuatan spiritual dan struktur moral yang melekat dalam diri manusia serta terpancar dari luar melalui petunjuk ilahi dan keteladanan historis. Bagian ini membongkar dimensi internal dan eksternal yang menjadi daya gravitasi manusia menuju kebaikan dan keselamatan eksistensial yang oleh nash disebut sebagai surga.