Nash Qur'ani menegaskan bahwa tidak ada satu umat pun yang tidak dikirimkan nabi sebagai pembawa peringatan (QS. Fatir: 24). Dalam banyak ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia tidak akan mengazab suatu kaum sebelum mereka diberi peringatan (QS. Al-Isra': 15). Ini adalah penegasan bahwa hukuman hanya adil jika pilihan dan bimbingan telah tersedia.
Instrumen kebaikan yang tersedia bagi manusia:
a. Kitab suci sebagai manual kehidupan (Al-Qur'an: petunjuk, cahaya, penyembuh).
b. Nabi sebagai teladan nyata dalam konteks sosial.
c. Akal sebagai alat deteksi nilai dan kebatilan.
d. Sejarah umat manusia sebagai pelajaran empiris yang bisa diamati dan dianalisis.
Dengan semua perangkat ini, maka tidak bisa dikatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk masuk neraka, melainkan Tuhan memberi peluang adil bagi setiap manusia untuk menyelamatkan dirinya.
Eksistensi neraka adalah bagian dari sistem keadilan yang tidak menafikan kasih sayang. Ia adalah bentuk penghargaan terhadap kebebasan manusia yang disertai bimbingan yang memadai. Tuhan bukan meninggalkan manusia dalam rimba moral yang gelap, melainkan menyalakan lampu-lampu cahaya---melalui wahyu, teladan, akal, dan sejarah---agar manusia bisa memilih jalan pulang.
VII. Konklusi: Manusia Adalah Makhluk yang Diberi Kehormatan Memilih
Di penghujung seluruh paparan ini, kita sampai pada satu kesimpulan mendasar namun sering kali terabaikan: manusia bukanlah boneka kosmis dalam permainan takdir yang kejam, melainkan subjek moral yang dimuliakan dengan kebebasan untuk memilih. Itulah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya---dan itulah yang menjadikan ganjaran maupun hukuman memiliki makna.
1. Neraka Bukan Bukti Tuhan Sadis, Melainkan Bukti Manusia Bebas