Wajar jika kita merasa paradoks, benci iya, kembali tidak, tapi tetap ingin menang.
Melepas bukan berarti menghapus. Melepas berarti mengembalikan sesuatu ke tempatnya. Kenangan tetap ada, tetapi tidak lagi memimpin arah hidup kita. Harga diri tetap utuh, tanpa harus merendahkan atau mengalahkan orang lain. Kita bisa bilang begini pada hati. Kamu pernah mencintai dengan sungguh, itu cukup. Kamu pernah disakiti, itu kenyataan. Kamu tidak perlu membuktikan kemenangan apa pun untuk terus melangkah.
Akhir yang Menggetarkan
Aku tidak ingin kembali. Aku juga tidak ingin menang. Aku hanya ingin berdamai dengan diriku sendiri yang masih menyimpan sisa masa lalu, meski semuanya sudah selesai. Biarlah bahagia menemukan bentuknya sendiri, di pihak siapa pun. Tugas kita adalah menutup pintu dengan baik, lalu melangkah tanpa menoleh terlalu sering.
Untukmu yang pernah hadir dalam hidupku, terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan ini. Kita sudah tidak bersama lagi, tapi biarlah kenangan kita tetap ada sebagai bukti bahwa dulu kita pernah saling berbagi dengan penuh jiwa raga.
Untuk hati yang belajar melepaskan, terima kasih sudah bertahan. Untuk ego yang suka ribut, mari duduk sebentar. Kita tidak sedang kalah. Kita sedang belajar tumbuh lebih kuat. Kita semua pernah jatuh, dan itu justru alasan kita bisa bangkit lebih sempurna. Semangat!
Sanana, 26 Rabi'ul Awal 1447 H / 19 September 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI