Kamu cuma terus ada.
Disambut hangat saat dia sedang ingin.
Tapi dibiarkan menggantung saat kamu mulai butuh kejelasan.
Kamu pikir itu dinamika biasa.
Bahwa semua butuh proses.
Tapi semakin kamu menunggu, semakin kamu merasa asing dalam hubungan yang tak pernah diberi nama.
Kamu tahu dia hadir. Tapi kamu juga tahu... kamu tidak pernah benar-benar dijemput.
Dan setiap kali kamu mencoba bertanya, dia hanya bilang,
"Jangan tanya dulu, nikmatin aja prosesnya."
Satu kalimat yang terdengar manis, tapi juga mengambang.
Seolah cinta tak butuh arah, cukup dijalani saja.
Tapi kamu tahu, jauh di dalam dirimu...
itu cuma cara halus buat bilang:
dia belum tentu mau ke mana-mana sama kamu.
Awalnya kamu berusaha mengerti.
Kamu memberi waktu, memberi ruang.
Tapi waktu terus berjalan, dan kamu tetap berdiri di tempat yang sama.
Yang kamu rasakan bukan sekadar kecewa.
Tapi juga lelah.
Lelah menunggu seseorang yang tidak pernah benar-benar datang.
Lelah menjadi seseorang yang terus percaya atas nama 'mungkin saja'.
Dan pelan-pelan, kamu mulai bertanya ke diri sendiri:
Apakah kamu sedang dicintai?
Atau cuma sedang dijaga agar tidak jatuh ke pelukan orang lain?
Kamu akhirnya paham:
bukan kamu yang terlalu berharap.
Tapi dia yang terlalu nyaman menjadikan kamu tempat pulang sementara,
tanpa pernah niat untuk bersama.
Kadang dia terlihat peduli,
tapi tak pernah benar-benar hadir saat kamu butuh kepastian.
Kadang dia bilang rindu,
tapi hanya saat kamu mulai menjaga jarak.
Ternyata, bukan cinta yang rumit. Tapi dia, yang tak pernah tahu apa yang sebenarnya dia mau. Dan kamu yang terlalu lama bertahan, menunggu sesuatu yang bahkan dia sendiri tidak yakin ingin memperjuangkannya.