Mohon tunggu...
asep gunawan
asep gunawan Mohon Tunggu... Pengabdi di Kabupaten Kepulauan Sula

ASN adalah jalan pengabdian, Menulis adalah jalan introspeksi pengabdian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Meja, Seribu Cerita

23 Maret 2025   03:07 Diperbarui: 23 Maret 2025   03:07 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan 32 tahun itu membawa semangkuk bubur sumsum dalam rantang besi.

"Ini... makanan favorit anak saya," katanya dengan suara serak.
Anaknya, Dito, meninggal dua pekan lalu karena demam berdarah. Sejak itu, setiap sore ia berjalan tanpa tujuan, menghindari rumah sakit tempat Dito mengembuskan napas terakhir.

Mbak Surti menerima rantang itu, jemarinya menyentuh tangan Mbak Wati yang dingin.

"Dito pasti senang melihat ibunya suka berbagi," bisik Mbak Surti.

Tamu ketiga: Pak Hasan.

Kakek pensiunan guru datang dengan langkah gontai, menggenggam foto istrinya yang meninggal setahun lalu.

"Dulu, dia yang selalu masak untuk buka puasa," gumamnya.
Kini, rumahnya hanya diisi derit lantai dan dengungan kulkas tua.

Tamu keempat datang tanpa diundang.

Rania, gadis kecil delapan tahun berbaju kuning kusam, muncul dari balik tembok tetangga sebelah rumah. Di tangannya, plastik kresek berisi tiga biji apel.

"Ini buat buka puasa, Bu," katanya polos.
Matanya berbinar, seperti bintang yang tersesat di siang hari.

Saat azan magrib berkumandang, mereka duduk melingkar di meja kayu yang retak di ujungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun