Azan magrib kembali berkumandang.
Dan seperti biasa, tamu-tamu baru berdatangan: seorang pemulung dengan nasi bungkus, ibu muda yang menangis gugup, serta lelaki bertopi membawa setangkai mawar.
Meja kayu itu kembali penuh.
Ramadan tahun berikutnya, meja itu masih ada.
Tapi Mbak Surti telah tiada.
Yang tersisa hanyalah secarik kertas di bawah kendi tempat teh:
"Terima kasih sudah mengisi ruang sunyiku dengan cerita kalian. Lanjutkan meja ini, ya?"
Dan mereka melanjutkan.
Karena di bulan Ramadan, meja bukan sekadar tempat makan ...
ia adalah altar, tempat doa-doa yang tersembunyi akhirnya menemukan jalan pulang.
....
Sanana, 22 Ramadan 1446 H / 22 Maret 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI