Mohon tunggu...
Aru Wijayanto
Aru Wijayanto Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

.

Selanjutnya

Tutup

Politik

AS, Dari Perang Ukraina Hingga Indo-Pasifik

11 November 2022   12:17 Diperbarui: 12 November 2022   16:38 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 4 Oktober, Korut menembakkan sejumlah rudal balistiknya yang terbang melewati langit Jepang hingga dianggap sebagai ancaman serius. Lalu pada 24 Oktober, Korut dan Korsel juga saling memberikan tembakan peringatan dan saling menuduh telah melanggar perbatasan laut di bagian barat. Konon, dalam satu bulan terakhir, Korut telah melepaskan lebih dari 80 rudalnya. Perkembangan senjata negara ini memang tumbuh cepat, bahkan Korut dicurigai telah menjadi manufaktur senjata bagi negara-negara yang anti hegemoni AS.

Barangkali karena itu, AS bersama Jepang dan Korsel kemudian mengancam Korut. Mereka memperingatkan negeri Kim Jong Un, akan adanya "repons kuat yang belum pernah terjadi sebelumnya". Ketiganya, bahkan, bersumpah akan bersatu melawan Pyongyang. Ini terkait dengan uji coba nuklir Negeri Pertapa.

Sementara di Australia, AS terlihat semakin agresif dengan menambah kekuatan militernya lewat pengiriman beberapa pesawat bomber yang dilengkapi dengan persenjataan. Judulnya seperti biasa, latihan militer gabungan antara AS, Australia, dan Inggris. Tentu saja tindakan itu semakin meningkatkan ketegangan di wilayah Indo-Pasifik.

Lalu apa sebenarnya yang membuat AS masuk dan membangun konflik di Ukraina dan Indo-Pasifik, yang dapat memicu Perang Dunia ke-3?.

*****

ASIA siap menggenggam dunia ke depan.

Coba kita lihat kondisinya saat ini. Asia adalah rumah dari setengah penduduk dunia. Kawasan ini, hanya dengan satu generasi saja, telah bermigrasi dari status berpendapatan rendah menjadi status berpendapatan menengah. Bahkan pada 2040 telah diproyeksikan Asia akan menghasilkan 50%, dari produk domestik bruto dunia dan lebih dari 40% konsumsi global berasal dari benua ini. Menurut catatan Mckinsey Global Institute Research, pusat gravitasi global sedang bergeser ke Asia. Dahsyat.

Suka tidak suka, saat ini Asia sedang mengalami peningkatan pangsa perdagangan, akumulasi kapital, SDM, pengetahuan, teknologi, dan sebagainya. Ada sejumlah negara besar Asia yang begitu cepat berkembang. Singkatnya, Asia adalah masa depan dunia. Tentu saja dengan Tiongkok yang berada paling depan. Tapi, Indonesia juga masuk sebagai negara penting dalam proses kebangkitan Asia kedepan.

Bahkan banyak kalangan telah memprediksi, lima besar kekuatan ekonomi dunia di masa depan akan didominasi Asia, yakni China, India, dan Indonesia. Kekuatan lainnya dalam lima besar itu adalah Rusia dan Brazil--dua negara yang juga kaya akan sumber daya alam seperti Indonesia dan India. Sebuah peta kekuatan ekonomi global  yang berubah begitu cepat.

Ini masuk akal.

Indonesia, misalnya. Di tangan Presiden Joko Widodo, kita sudah berani mengubah sistem kerja sama dengan pihak asing yang selama puluhan tahun tidak fair. Uni Eropa dan AS yang minim resourses, hanya mau membeli bahan mentah pertambangan. Mereka beli bahan mentah tembaga, misalnya, dan (bila) di dalamnya ada uranium atau emas, tetap bayar harga bahan mentah tembaga. Karena proses industrialisasinya dilakukan di luar Indonesia, kita tidak tahu persis apa sebenarnya yang terangkut di dalam "bahan mentah" itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun