Mohon tunggu...
Beni Sutanto
Beni Sutanto Mohon Tunggu... Relawan - tertarik pada sejarah,sastra,seni dan budaya.

Tidak banyak cerita tentang saya, kalau hidup hanya sekali sudah itu mati maka saya memilih hidup tidak hanya sebagai satu orang. Tidak lebih banyak dari satu orang dan tidak lebih dari satu orang yang bergantian.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Indo Lagi Indo Lagi, Indo Melulu Indonesia Hilang

13 April 2024   00:07 Diperbarui: 13 April 2024   00:10 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kumpulan cuplikan dari internet dan sosial media yang lebih suka memakai kata Indo dibanding Indonesia/dokpri

Belakang ini kita kerap kali menjumpai kata Indo yang kini sering diucapkan oleh masyarakat kita dan  berseliweran terutama di media sosial juga kolom komentarnya, Kata Indo ini tidak lain tidak bukan merujuk kepada Indonesia negara kita tapi kenapa netizen kita tidak langsung saja menulis Indonesia secara lengkap kenapa harus memakai diksi "indo" dan apakah penggunaan kata ini tepat? 

Jika memang penulisan kata Indo yang merupakan singkatan dari "Indonesia" ini menunjukkan betapa malasnya masyarakat atau netizen kita untuk sekedar mengucap menulis nama bangsa dan negaranya secara utuh. Jika Indo ini digunakan untuk menunjuk subyek penduduk atau orang indonesia baik itu individu maupun majemuk dan keseluruhan. Tunggu dulu sebelum kita mengikuti trend penggunaan kata Indo ini, mari kita bahas penggunaan kata "Indo" yang bias belakangan ini secara mendalam.

 Agar pembaca lebih mudah memahami sebelum penjelasan panjang, penulis tidak akan memakai kata Indonesia sampai dengan kronologi yang sesuai dan kata India atau Hindia awalnya adalah sepadan atau sama kemudian membentuk identitas sendiri-sendiri.

Mari kita tarik panjang dan jauh dari garis sejarah, asal mula kata Indo itu sendiri berasal dari Yunani yaitu Indus/Inds () secara langsung berarti India, penjabarannya Indus sama dengan tanah Hindustan atau bangsa yang mendiami peradaban sungai Hindustan selanjutnya muncul kata Hindi/Hindia. Pada abad penjelajahan awal abad ke-15 orang-orang Eropa menganggap wilayah Asia hanya terdiri dari Persia,Arab,Tiongkok dan India. 

Semenanjung dan kepulauan di timur jauh termasuk semenanjung melayu dan kepulauan nusantara juga disebut India karena masih terbatasnya ilmu pengetahuan,interaksi antar bangsa dan belum ditemukannya konsep identitas satu negara atau bangsa di negeri timur pada waktu itu. 

Setelah orang-orang Eropa menapakkan kaki mereka di kepulauan nusantara mereka masih menyebut wilayah ini sebagai India atau Hindia, bahkan saat orang-orang Eropa mendarat di benua Amerika mereka mengira tanah itu adalah India dari situ muncul  istilah India Timur (semenanjung asia selatan-nusantara) dan India Barat (benua amerika). 

Saking mahsyurnya peradaban dan kekayaan alam India waktu itu bahkan sampai di masa kolonialisme awal tahun 1600 berdiri East India Company (EIC) atau Perusahaan Hindia Timur dari Kerajaan Britania Raya yang mengusai sub-benua India dan asia selatan, tak ingin kalah Kerajaan Belanda juga mendirikan  Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) secara harfiah memiliki arti yang sama dengan EIC yaitu Persatuan Perusahaan Hindia Timur namun wilayah kekuasaan mereka bukan semenanjung India tapi kepulauan Nusantara yang  suku bangsa dan penduduk aslinya sangat berbeda dengan suku bangsa india di asia selatan. untuk membedakan 2 perusahaan ini orang Eropa menggunakan nama British East India dan Dutch East India (Hindia Belanda) yang sekaligus merujuk kepada wilayah koloni mereka, kelak VOC akan menjadi perusahaan paling berjaya di dunia dan memonopoli perdagangan di Nusantara yang saat itu sudah dinamai Hindia Belanda (Nederlandsch-Indi/Dutch East India) atau orang Belanda juga menyebut Oostindi (Hindia Timur). Pada tahun 1850 seorang advokat Inggris James Richardson Logan dan gurunya George Winson Earl dalam  "Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia" untuk pertama kali menuliskan kata "Indu-nesia" yang sekali lagi merujuk kepada India walaupun mereka tahu penduduk dan budaya di Hindia-Belanda sangat berbeda dengan India, setelah artikel ini terbit banyak lagi cendikiawan Eropa yang menggunakan kata Indunesia yang seiring waktu berubah menjadi Indonesia,setelah itu nama Indonesia muncul dalam berbagai aspek seperti di bidang politik muncul Indonesische Vereeniging yang sebelumnya bernama Indische Vereeniging ada juga ndonesische Persbureau (biro pers indonesia)

hingga Indonesia betul-batul dijadikan identitas sah tanah air, bangsa dan bahasa dalam  Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita kenal sebagai Sumpah Pemuda. Setali itu dengan itu kata Hindia tidak lagi disematkan ke India, kata Hindia lebih condong ke Hindia-Belanda yang telah mendapat Identitas baru yaitu Indonesia sebelum nama Hindia-Belanda benar-benar hilang dengan adanya proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Kolonialisme bangsa Belanda dan Eropa di Indonesia juga melahirkan Etnik baru Indo-Europeanen, "Eropa-Hindia") yaitu orang-orang keturunan campuran dari penduduk asli nusantara dan Eropa terutama Belanda dari sini kata "Indo" muncul sebagai identitas atau penyebutan yang agak rasial dari orang-orang Eropa asli/murni kepada mereka yang tidak benar-benar Eropa walaupun orang-orang keturunan ada yang memiliki warna kulit dan rambut yang sama dengan orang Eropa pada umumnya, tapi karena mereka dilahirkan atau dihasilkan dari orang pribumi mereka tidak boleh mendapat tempat yang sepadan dengan Eropa tapi juga tidak boleh lebih rendah dari pribumi, sementara pribumi sendiri masih menganggap mereka bagian dari penjajah walaupun banyak di antara banyak yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Indo's Ga Weg ! yang berarti
Indo's Ga Weg ! yang berarti "Orang Indo pergi ! ", foto oleh Frans Donse di sudut Kota Den Haag, 1958

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun