Mohon tunggu...
Aru Wijayanto
Aru Wijayanto Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

.

Selanjutnya

Tutup

Politik

AS, Dari Perang Ukraina Hingga Indo-Pasifik

11 November 2022   12:17 Diperbarui: 12 November 2022   16:38 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rusia masih diam.

Hubungan Rusia-AS mulai memanas pada November 2013. Waktu itu, Presiden Ukraina Viktor Yanukovych--yang pro Moskow--menolak menandatangani pakta perdagangan dengan Uni Eropa dalam pertemuan puncak di Vilnius, Lituania. Sikap Yanukovich itu seketika memicu kemarahan kubu pro-Barat yang menginginkan integrasi Ukraina dengan negara-negara Eropa Barat.

Peristiwa selanjutnya mudah ditebak.Ukraina langsung mengalami krisis politik saat itu juga. Demonstrasi besar-besaran terjadi untuk memaksa Yanukovich turun dari kursi kepresidenan. Ukraina kisruh. Lumpuh. Bahkan dengan segera, Parlemen Ukraina mencabut mandat Presiden Viktor Yanukovich sebagai orang nomor satu di negara yang berada di tepi Laut Hitam itu, Sabtu 22 Februari 2014. Keputusan tersebut diambil anggota parlemen setelah melakukan pemungutan suara beberapa jam usai Yanukovich meninggalkan kantornya di ibu kota Ukraina, Kiev.

Tiga bulan kemudian, 25 Mei 2014, Pemilu digelar dengan kandidat presiden yang sudah disiapkan untuk menang, yakni Petro Poroshenko, konglomerat Ukraina yang pro Barat.

Menyikapi situasi tersebut, Vladimir Putin kemudian bertindak cepat dengan mengambil alih semenanjung Krimea. Proses aneksasi Krimea terjadi hanya dalam hitungan hari. Putin menggelar referendum dengan hasil 95 persen penduduk memilih reunifikasi dengan Rusia. Krimea memang sempat menjadi bagian Rusia selama 170 tahun, sebelum diserahkan dan menjadi bagian dari Ukraina di era Uni Soviet.

Tujuh tahun berjalan sejak peristiwa 2014 ternyata tidak mengubah pandangan Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Sejak Yanukovich digulingkan, Presiden Ukraina selanjutnya memang selalu pro Barat, termasuk Volodymyr Zelenskyy, yang kembali mewacanakan Ukraina masuk menjadi anggota NATO.

Kali ini Vladimir Putin marah besar. Bagaimanapun Ukraina sangat penting bagi Rusia. Selain berbatasan langsung, Ukraina juga merupakan jalur transit distribusi komoditas Rusia sebelum ekspor ke berbagai negara. Itu sebabnya Putin merangsek Ukraina pada Februari lalu. Negara ini hancur lebur dibombardir Rusia. Perang jadi berkepanjangan setelah AS dan NATO ikut terlibat langsung dalam perang mendukung Ukraina.

Kita berharap perang bisa cepat selesai, meski banyak pengamat militer meragukannya.  Pasalnya, aktor utama perang ini, Rusia dan AS, sama-sama mendapatkan keuntungan finansial dari konflik bersenjata tersebut. Harga minyak dan gas Rusia naik setelah pasokannya ke Eropa dihentikan. Belum lagi dengan produk bahan pangan dan pupuk--termasuk ekspor gandum Ukraina yang diblokade Rusia. Sementara AS, bisa jualan persenjataan ke negara-negara yang dilibatkan dalam perang, atau negara-negara yang khawatir bahwa konflik bersenjata ini akan meluas menjadi Perang Dunia ke-3.

Dampak lainnya jelas buruk. Eropa mulai berada di ambang kegelapan. Gas, listrik, BBM, juga roti--yang berbahan dasar gandum--mulai menjadi barang mewah. Di sejumlah negara Eropa mulai menerapkan pembatasan penggunaan listrik. Industri satu per satu melakukan PHK atau justru berhenti beroperasi. Pengangguran meningkat tajam. Antrian bantuan bahan baku makanan dan BBM mulai bertambah panjang. Inflasi menjadi begitu menakutkan. Artinya, bila perang masih berkepanjangan, ini adalah kiamat bagi Eropa.

Asia juga kena dampak negatifnya meski tak separah Uni Eropa, juga AS. Bahkan secara umum, pemulihan krisis ekonomi Asia bisa lebih cepat. Yang perlu dikhawatirkan, ada gelagat bahwa perang akan dibawa oleh AS hingga ke kawasan Indo-Pasifik.

Bila terbukti begitu, kita perlu melaknat Paman Sam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun