Mohon tunggu...
ARIF ROHMAN SALEH
ARIF ROHMAN SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malam Tergelincir, Lolongan, dan Gonggongan

24 Oktober 2020   09:58 Diperbarui: 24 Oktober 2020   10:09 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Tanja Mikkelsen. pixabay.com

“Brodin! Lihat sebelah kiri” Lirih suara Pak Kades. Seakan berbisik.

Brodin dan lima anak buahnya serempak menoleh arah kiri. Mereka melihat kilat-kilat mata mendekat perlahan. Dengus napas kegeraman binatang-binatang pemburu jelas terdengar. Menembus gendang-gendang telinga yang mulai bergetar.

“Belakang kita juga, Pak!” Teriak anak buah Bragolo.

Sontak Bragolo dan anak buahnya memutar badan. Menghadap arah belakang. Dekat mereka juga sudah muncul srigala-srigala dan anjing-anjing liar. Tak terhitung jumlahnya. Menunjukkan taring-taring tajam. Siap menerkam dan mencabik-cabik mangsa.

“Saudara-saudara! Semua ambil posisi siaga. Jika binatang-binatang ini menyerang! Sekali lagi. Jika binatang-binatang ini menyerang! Kita tebas dan robek-robek mulutnya!. Jangan gentar, mereka hanyalah binatang, Pahammm!”

Semua terdiam. Bersiap menghadapi keadaan. Senjata parang dan pedang terhunus tajam telanjang.

****

Benar. Sunyi malam pecah! Binatang-binatang penguasa malam serempak menerjang. Pun juga orang-orang pilihan Desa Pakuncen, berjibaku menyambut lawan.

Raungan kegeraman dan tebasan-tebasan tajam senjata saling beradu kegemparan. Gempur-menggempur saling mencabik-cabik tubuh. Menyebabkan korban-korban berjatuhan. Malam bergelimang darah. Korban-korban menggelepar. Nyawa-nyawa meregang di kedua belah pihak. Di hutan Larangan. Di tengah malam nan gelap buta. 

Brodin dan Bragolo tangkas menebas beberapa srigala dan anjing-anjing haus darah. Namun mereka kalah jumlah. Serbuan ganas para srigala dan anjing-anjing liar, membuat mereka merelakan tubuhnya tercabik-cabik. Tanpa wujud lagi.

Pun Pak Kades sudah mulai kehabisan tenaga. Penguasa paruh baya itu akhirnya tersungkur kelelahan. Kesempatan tak datang dua kali. Tubuh Pak Kades tercabik-cabik kuku-kuku tajam binatang buas. Binatang-binatang yang tak pernah puas menghabisi mangsa. Mengoyak-ngoyak dengan taring-taring tajam. Hingga korban tak mampu memompa lagi napas satu-satunya.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun