Kecapung berupa elok, tersesat di temburam malam, terbang di antara sorot lampu dan gelapnya hari, mencari asa yang barangkali dapat dihinggapi.
Kecapung malam, belum pernah lupa menaruh kepaknya agar dia masih bisa terbang hinggap dipinggir trotoar, dan ditepi jalan di antara pojok warung maupun cafe dalam remang, keramaian dan kesunyian.
Kecapung malam, kepaknya amat berguna pemantik binatang malam lain untuk berlabuh menghabiskan sisa kelam di pojok hari yang belum berperi.
Kecapung malam, ada kalanya berlabuh di ranting patah dan yang terluka, atau hanya sekedarnya saja kemudian pergi meninggalkan trotoar, dan jalan menanggalkan sebuah cerita.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!